Satu tembang pembarep kami langsung pilih untuk didengar dengan Shure Aonic 40, A Soul That’s Been Abused dari Mighty Sam Mcclain. Entah mengapa sampai memilihnya. Mungkin pas melintas saja akan lagu yang pernah jadi favorit. Lagu ini ada di album kompilasi Dynamic Experience, volume 1, di track 7. Kenapa suka lagu ini? Pernah di sebuah pameran IHEAC Audio tahun 2016, seorang Kazuo Kiuchi menghampiri penulis saat menyimak sebuah sistem papan atas di pameran ini, yang tampilan suaranya sangat mempesona telinga. Dia menyodorkan sebuah album XRCD The Blues Master.
Kami ketahui kemudian, dialah ‘tukang insinyur’ di balik rekaman ini. Kami minta ijin pendemo sistem ini untuk memutar track pertama lagu ini, yang lagunya Sam McClain tadi. Apa yang kami temui? Sistem terasa kempes(tidak mengembang seperti kami dengar sebelumnya). Dinamikanya melempem. Panggungnya sempit. Ini kami ketahui kemudian setelah memutar track ini di salah satu sistem stereo lain yang ada di pameran IHEAC saat itu. Jadi, track ini bisa jadi momok menakutkan bagi sistem yang kurang tertata baik. Dan kami ketahui kemudian, sistem pendemo itu hanya bagus bila digunakan memutar track-track tertentu, yang memang sudah dipersiapkan. Jadi, kami putar saja dahulu dia di pemutar portable Astell & Kern SE 100.
Di rekaman 24 bit yang masteringnya dibuat dengan Teknologi K2 ini, tampilannya instrumen lebih ke nuansa tebal, tetapi berbodi. Terlena dengan ‘gape’nya seorang musisi memainkan instrumen, lihai memainkan jarinya di senar. Vokal Sam pun menarik untuk disimak, di liriknya yang sedang bercerita.
Permainan musik mereka terasa hidup, dan bisa jadi santapan lezat di telinga. Kadang terasa lagu ini lambat dan melambaik, tetapi kesan cepat pun tampil. Tak heran dia dipilih jadi yang termasuk di album kompilasi Dynamic Experience ini, yang digunakan sebagai salah satu rekaman referensi, khususnya untuk kontes audio atau pengujian system stereo. Dia sigap, lincah merepro. Membahasakan apa yang ingin dibawakan oleh juru rekamnya. Jika memang demikian. Bassnya pun cepat.
Nuansa cepat, kami dapati kembali di albumnya Mike Dawes – Boogie Shred, di album CD IASCA CD Technical. Kali ini suguhannya adalah gitar akustik yang dimainkan cepat. Beralih kemudian ke nuansa orkestra, kami simak Banditen-Galop (Bandits’ Galop) dari Cincinnati Pops Orchestra di CD Ein Straussfest. Menyimak berbagai instrumen yang mencoba bersuara dalam sebuah harmoni. Ini termasuk track yang tidak terasa ‘njelimet’ untuk ukuran sebuah musik orkestra, bahkan sebagian besar dari anda tentu sudah familiar. Bagi anda yang kurang familiar dengan orchestra dan ingin sedikit sedikit belajar menikmatinya, yang satu ini bisalah anda gunakan. Dia riang,bisa membuat kepala kita bergoyang, bahkan mengajak kita berdansa. Bisa saja membuat kita berlagak seperti seorang dirigen, sambil menari nari. Kalau mau yang lebih syahdu tetapi tidak njelimet dan tak kalah mengasyikan, coba Bruckner Orchester Linz, dengan Tchaikovsky : Waltz of the flowers from the Nutcracker Suite, op 7.
Aonic 40 mudah saja membawakan rekaman-rekaman ini dengan effortless. Seakan tak ada beban, mengalir saja. Terlebih saat menyimak renyahnya vocal Sinne Eeg di My Treasure (album Dali CD volume 3). Itu iringan bass betotnya mengikuti alur vocal. Bagaimana emosi, semangat, dan pembawaannya lirih saja. Helaian tarikan nafasnya. Menarik untuk diikuti bernyanyinya. Terlebih lalu diikuti simbal dan piano, lalu pelan perkusi. Bukan lagu yang mungkin akan menjadi favorit, tetapi dari kualitas rekaman menarik, dimana instrumennya terdengar baik.
Kesemua ini tentu butuh satu perangkat yang memang bisa menghibur, mengajak kita terlibat dalam rekaman yang sebaiknya kita sudah familiar dahulu.Dapat membuat kita bisa melampiaskan rasa rindu akan lagu lagu tertentu yang pernah kita sukai. Dan karena dia wireless, bisa kita ajak dia jalan jalan sambil doing something, bahkan pada jarak sekitar 10 meter sekalipun.
Pengamatan Fisik
Aonic 40 terbilang ringan, karena terbuat dari bahan plastik. Engselnya bisa diputar membuat bodi headphone ini mudah ditekuk tekuk. Kesannya memang sporty. Punya earfpad memory foam yang lembut dan dikaver dengan bahan menyerupai kulit. Headbandnya juga dari plastik, dan memiliki bantalan yang dapat begitu ramah ketika headphone ‘mendarat’ di telinga.
Ada sejumlah tombol. Di sisi kiri ada tombol untuk Bluetooth pairing sedangkan di kanan ada tombol untuk mentoggling ANC (Active Noise Cancelling), satu tombol multifungsi dan tombol menaik turunkan volume.
Ini adalah headphone wireless (Bluetooth) yang dilengkapi satu rumah(carrying case). Bluetoothnya sudah yang versi 5.0, untuk modal dalam berhubungan erat dengan ke perangkat dan mendukung codec SBC, AAC, aptX dan aptX HD. Maka kita bisa gunakan dia untuk memutar file audio resolusi tinggi saat bermain streaming. Tetapi dilengkapi juga dengan kabel(siapa tahu anda lebih suka main kabel ketimbang nirkabel) , serta terminal USB-C. Aonic 40 juga mendukung konreksi audio kabel melalui kabel 3.5mm dan USB melalui port charging USB-C.
Dikawal Aplikasi
Hal menarik lainnya, dia punya software aplikasi bernama ShurePlus PLAY yang bisa kita pakai dengan mengunduh aplikasi ini dari Playstore. Dengan aplikasi ini kita bisa melakukan EQ (EQ preset). Ada juga sejumlah guide untuk mengontrol headphone on ear ini. Seperti dalam hal koneksi Bluetooth, ANC(mengeset level ANC dari Max, Normal, Light atau menset antara mode transparency dan ANC), status baterei, dan menset power saving. Aplikasi ini terus bisa diupdate firmwarenya.
Tambahannya, dia ini sudah ber-Noise cancelling (ANC – Active Noise Cancelling) yang tentu oke jika dipakai khususnya di lingkungan yang ramai seperti di stasiun kereta, tetapi kita masih bisa awas, misalnya jika ada pengumuman di bandara. Dalam lingkup ramai, kesan ketajaman suara tetap masih disimak.
Batereinya termasuk tahan lama. Seharian kita gunakan sesering mungkin, masih awet. Diklaim oleh Shure sekali dicas penuh, bisa untuk 25 jam pemakaian. Dan bila kita pasang mencas cepat, 15 menit ngecas saja bisa kita gunakan selama 5 jam. Tentu saja ini tergantung juga kepada bagaimana kita memilih koneksi, kabel atau wireless dan seberapa keras volume main. Juga seberapa sering mengaktifkan fitur ANC. Saat ANC dinon-aktifkan, tampilan suara memang kami rasakan meningkat, tetapi ini sedikit lebih menyita baterei.
Aneka genre musik direpro dengan powerful, seakan dia effortless. Ringan saja dalam membawakan rekaman. Instrumen bass gitar dan drum terasa tebal, tetapi tetap punya bodi. Tiddak gombyor. Dan sekencang apapun dia tidak menutupi vokal. Yang kami sukai juga saat menerima telpon, dia jernih dan lawan bicara puun bisa jelas mendengar dengan level suara kita rendah sekalipun.
==