Dengar Musik Hi Res dengan Sharp AQUOS Sense8

Comment
X
Share
Share with your friends

Nama Sense8 Sharp mengingatkan akan sebuah film serial menegangkan garapan sutradara yang juga menggarap film  “The Matrix” dan “Babylon 5” yang berkisah tentang 8 orang yang dapat merasakan hidup satu sama lain dengan telepati. Tetapi Sense8 disini tak ada kaitannya blas dengan film. Dia adalah smartphone kedua yang hadir di meja redaksi, di akhir Januari 2024 lalu. Ya, yang kedua setelah sebelumnya kami meninjau model AQUOS R8s.

Perbedaannya? Tentu ada beberapa, tetapi yang menarik – ada persamaannya. Pertama, keduanya sama-sama sanggup merekam gambar dalam format 4K.  Bagi yang belum faham 4K – ini adalah ukuran yang dijadikan resolusi standar untuk  sebuah video/film dalam industri sinema digital khususnya yang besarnya 4096 x 2160 piksel (tetapi standar 4K untk TV dan monitor adalah3840 x 2160). 4K, artinya dia 4 kali lebih tinggi resolusinya ketimbang sebuah video Full High Definition (HD).

Sharp Sense8 berfinishing hitam yang masuk meja redaksi

Kedua, dia punya fasilitas fotografi yang diperlukan untuk menjadi seperti seorang fotografer betulan, khususnya dalam hal fasilitas yang mungkin bisa atau nyaris bisa (karena penulis sendiri bukanlah photorafer) memacu gambar hasilnya dapat seperti gambar hasil jepretan profesional. Dia didesain untuk menyasar kelas menengah, anak muda dengan hobi traveling dan mencari sebuah smartphone tangguh dengan harga yang terjangkau.

Ketiga, hal-hal lain yang barangkali tak terlalu Istimewa karena  bisa  sudah umum – seperti dimodali mesin (dapur pacu)bertenaga cepat, koneksi terkini dan baterei lumayan awet. Harganya, di kisaran 5.9 jutaan Rupiah. Mesin pacunya  Snapdragon 6 Gen 1 pun memberikan pengaruh terhadap penggunaan daya tahan baterai 5.000 mAh-nya  mampu bertahan (relatif) hingga dua hari. Didukung RAM 8GB dan ROM 256 GB yang diklaim dapat meningkatkan performa CPU 36% lebih cepat dari generasi pendahulunya. Sharp juga menyebut bahwa inilahsmartphone pertama di Indonesia untuk kelas menengah yang menggunakan chipset Snapdragon terbaru besutan Qualcomm, yang terbilang sangat cepat.

Sense8 yang  main di 5-G ini menembak para creator , seperti video creator dan lain lain, berbekal  kamera utama beresolusi 50 Mega Pixel ditambah 8 Mega Pixels ultra wide dan kamera depan 8 Mega Pixel dengan image sensor 1/1,55  all PDAF dan UW  15 mm. Senjata ini diklaim dapat menghasilkan gambar yang lebih sempurna dan frame yang lebih luas.

Tinjauan Fisik

Ponsel ini datang ke redaksi, lengkap dengan sebuah sim card Telkomsel dengan kuota 21GB untuk  1 bulan serta free keanggotaan Vision+ premium selama 3 bulan dan garansi produk selama 2 tahun.

Dibandingkan R8s, Sense8 punya layar lebih kecil di 6.1 inch.Ini adalah layar pro IGZO OLED resolusi HD plus 2340 X 1080, didukung layar dengan refresh rate 90 Hz – 180Hz (max) serta tingkat kecerahan hingga 1300 nits.

Dimensinya kompak, di 153 x 71 x 8,4 m, sangat nyaman digenggam. Memiliki bobot 159 gram, menjadikan ponsel ini termasuk yang paling ringan di pasar hingga saat  ini, bahkan Sharp mengklaim sebagai yang paling ringan.

Walau kompak, terasakan ‘tongkrongannya’ tak terlihat sangar malah terkesan elegan. Fisiknya terbilang kuat, kami alami ketika tanpa sengaja menjatuhkannya  (dari jarak sekitar 1.22 meteran)dan kami amati tidak ada kerusakan fisik. Bodinya terbalut bahan alumunium premium yang diklaim   tahan debu, air dan tahan guncangan sesuai dengan standar MIL-STD-810H (tahan guncangan dan jatuh memenuhi MIL-STD-810G). Ponsel ini telah mengantongi sertifikat  IP6X, sehingga aman-aman saja bila terkena cipratan air bahkan mungkin tahan diajak ‘nyilem’ ke dalam kolam renang hingga kedalaman 1,5 meter selama 30 menit. Ingin rasanya mengajaknya menyelam, tetapi sayangnya kami tidak punya nyali. Mungkin saja faktor ‘kudu dibalikin’, haha.  Oh ya, Sense8 diklaim mampu menahan tekanan atau benda dengan berat hingga 6 Kg. Jadi kalaupun tak sengaja kita duduki atau di dalam ransel ketiban benda keras, masih relatif aman.

Di koneksi, ada fasilitas  Wi-Fi 5 AC, Bluetooth 5.1, NFC, display port serta jack audio 3.5mm. Ada juga satu slot kartu micro SD sebagai ekstra penyimpanan data hingga 1 TB, walau untuk kartu SIM, kita hanya bisa memasukkan 1 kartu.

Tinjauan

Sense8  menarik mata kami ketika mulai menghidupkan, yakni ketika logo Sharp dengan warna merah segarnya seperti menyambut, dan akhirnya diakhiri screen saver berisi promo/spesifikasi Sense8. Kelak kemudian, screen saver ini kami rasakan cukup mengganggu, khususnya karena cukup sulit menemukan menu untuk menonaktifkannya. Baru terasa, dengan ukuran layar sekecil ini, berarti melihat gambar menu aplikasi-aplikasi juga terasa ‘imut’.

Sama seperti saat pertama kali mengoperasikan Sharp AQUOS R8s,  kami perlu memfamiliarkan diri dalam bernavigasi, misalkan saat ingin berpindah aplikasi misalkan setelah membesarkan foto atau menonton video,

Kali ini  kami paling suka meninjau kemampuannya dalam mereproduksi suara dari sebuah file lagu berresolusi tinggi. Jadi memang keinginannya adalah, bagaimana kalau memakai dia sebagai sebuah pemutar musik? Setelah itu, barulah menguji seperti yang banyak dilakukan reviewer lain, seperti dalam menghasilkan gambar/foto, juga saat memutar kembali hasil perekaman video,  saat menayangkan  hasil rekaman yang kami saksikan di sebuah televisi/proyektor 4K.

Di bawah ini ada beberapa foto yang kami ambil dalam keadaan tanpa pengaturan (default setting) seperti saat membidik panorama di sebuah stasiun kereta api, lalu di sebuah acara pertemuan di dalam ruangan, dan membidik makanan.

Panorama di stasiun KRL Depok

 

Menangkap unsur detil, warna dan efek bokeh dari foto masakan Padang

 

Menangkan adanya warna yang kaya dan kealamiahan objek foto.

Di foto foto ini, kami menyukai  tampilan foto yang cerah walaupun kami tidak memainkan dahulu settingan yang ada. Resolusi tinggi dan sajian warnanya alami. Cenderung terasa lebih teduh ketimbang kuat, di warna warna dominan seperti merah, biru dan hijau. Dalam pemotretan di bawah lampu ruangan, cukup baik dalam mengontrol tampilan detil, bokeh dan kealamiahan warnanya.

Bagaimana untuk video? Mari lihat video berikut yang dari 4K kami konversi ke Full HD untuk memudahkan editingnya. Kami cukup terbantukan oleh  beberapa fitur agar dapat membantu menghasilkan gambar yang lebih baik, misalnya dengan menjaga fokus gambar tanpa blur  walau tangan kita sedikit bergoyang (tidak stabil) yakni Optical Image Stabilization(OIS) pada kamera. Juga fitur one handed untuk dapat mengoperasikan dengan satu tangan, 2 X optical zoom dan IQ engine Pro Pix 5 menangkap gambar dengan format HDR. Fitur bokeh-nya menarik hati, khususnya bila kita ingin mengambil gambar berlatar pemandangan. Dia punya modul ultrawide 13mm dengan resolusi 8MP, yang kurang maksimal untuk dipakai di pencahayaan minim, dan saktinya baru terlihat seperti bila pencahayaan kuat, seperti di lingkungan dengan sinar matahari.

Untuk video, kami pakai merekam gambar dari sebuah layar 4K di sebuah home theatre. Foto dan video (link YouTube) di artikel ini diambil dengan Sense8.

https://auvindo.com/ngumpul-bareng-audio-rai-horn-studio/

Kami juga berkunjung ke sebuah ruangan home theatre dengan tata suara Dolby Atmos dan resolusinya sudah main di 4K, seperti bisa dijumpai di foto dan link YouTube artikel di bawah ini :

 https://auvindo.com/home-cinema-4k-dolby-atmos-di-tangerang/

Mari Bermusik

Nah ini, bagaimana kalau dia kita pakai sebagai pemutar file musik berresolusi tinggi?  suaranya untuk mendengarkan musik? Kami isi saja memori internalnya dengan banyak file stereo berresolusi tinggi (formatnya .flac dan .wav). Setelah itu, mari hubungkan pemutar ini ke  headphone yang kebetulan tengah kami review, Sennheiser HD 800 Pro. Sennheiser yang terbilang serius untuk para professional.

Mari simak Katie Melua, dengan dendangnya –  Nine Milion Bicycle lalu  What A Wonderful World di album Ultimate Collection Katie Melua. Ini lagu bernuansa santai dan mengayun, yang mengajak kita menikmati vokalnya Katie dilatar belakangi  perkusi, dimana di liriknya, Katie bercerita tentang pengalamannya selama di Beijing, dan satu kalimat dari tour guide, menarik perhatiannya, dimana dia mengatakan “There are nine million bicycles in Beijing.” Langsung dijadikannya untuk sebuah lagunya. Dan bagi kami inilah lagu paling menarik di albumnya ini. Vokalnya tersaji jelas.

Di tema dinamik, ada demo The Sheffield Drum Records dari Jim Keitnaer. Rekaman ini saat kami putar di hari pertama setelah ponsel ini masuk redaksi, gebukannya terasa sumir, transiennya mandul, hanya sekedar keras tetapi tanpa bobot. Bahkan di rekaman tertentu, seperti openingnya lagu Kerontjong Moritsko dari Nining, cenderung kasar.

Tetapi di tiga hari kemudian, kami agak terkejut, kala mendapati rekaman The Sheffield Drum Records dan tembang Kerontjong Moritsko ini jauh lebih galak, tetapi tanpa kesan metalik/menyerang telinga. Transiennya cepat dan taktis, tetap dengan balutan detil. Contohnya di hi hatnya, lebih bernuansa crispy ketimbang tajam. Lalu bass drum dan snare drum terasa lebih solid,punya definisi dan tidak terasa kaku. Dinamikanya terasa. Jadi memang speaker, baik di home stereo, portable, atau bahkan di ponsel sekalipun – butuh waktu untuk break in, membuatnya kian bermain maksimal setelah pemakaian beberapa jam.

Saat kami ingin melihat seberapa jauh suaranya bisa mendekati suara dari pemutar tunggal portable resolusi tinggi

Kami juga dengarkan rekaman yang sama itu dengan Sennheiser  ini pula, tetapi dari pemutar (murni pemutar stereo portable hi res) Astell & Kern SE 100. Sekedar ingin mengetahui seberapa jauh kesan nuansa panggung dari rekaman ini. Sense8 memang bukan tandingan AK SE 100 dalam hal  resolusi suaranya dan dalam menggambarkan  sebuah panggung yang terkesan lebih megah. Maklum sajalah, karena ini ponsel, yang ‘membagi perhatiannya’ untuk banyak fungsi, mulai dari telpon, chat, browsing dan lain lain – bukan hanya pemutar audio. Panggungnya lebih sempit dan kalah bobot. Belum lagi di sisi attack, kalah seram. Tetapi untuk sebuah ponsel, bila melihat dari kacamata AK SE 100, dia terbilang cukup baik.

Menariknya, dia cukup cepat bila digunakan untuk kerja multi tasking lintas perangkat dengan terhubung melalui Bluetooth. Ponsel ini dapat melakukan security update hingga 5 tahun dan update OS version hingga 3 kali.

Kalau mau cerita, sebenarnya bisa panjang review suara ini. Kita Batasi saja agar anda tak jenuh membacanya. Tetapi, ada realita menurut kami, yakni sudah saatnya pabrikan ponsel seperti Sharp ini mulai memperhatikan sisi resolusi suara, bukan sekedar dimensi atau keimersifan suara. Bila pengguna punya file lagu bagus, dan dia berharap bisa mendengar seluruh isi/informasi rekamannya, maka ponsel ini diharapkan bisa mewujudkannya.  Di sisi lain, dia tidak hanya jagoan menghasilakn  gambar (foto atau video) tetapi juga diharapkan juga jago untuk  merekam suara saat  di-playback nantinya. Jadi diusahakan terus dan terus kian mendekati suara aslinya, walau tentu tidak akan menyamai perekam murni audio.

Sense8 sudah tampil dengan audio yang kekinian dengan Dolby Atmos-nya.  Apakah pengaruhnya Dolby Atmos di ponsel? Ternyata dari pengalaman kami, kesan suaranya saja lebih lebar, tetapi tanpa mengurbankan kesolidan serta kandungan tebalnya.  Hanya saja tentu kita perlu materi film yang memang sudah Dolby Atmos. Untuk digunakan di sebuah headphone, tentu akan lebih nendang lagi kesan imersif dan 3D-nya.

Inilah tinjauan Auvindo akan Sense8 Sharp.

 

 

Read Also

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *