Rumah Audio Indonesia (RAI), sebuah komunitas penggemar stereo di Facebook, bekerjasama dengan Horn Studio, sebuah galeri di kawasan jalan Kemanggisan Jakarta – menggelar acara yang dinamakan Ngumpul Bareng Audio, di tanggal 03 Februari 2024 lalu di Horn Studio. Acara ini dihadiri oleh sebagian anggota RAI dan jurnalis (Audio Sultan dan Auvindo), dan sebagian darinya adalah anak muda seperti Ian, Adiatma dan Edwin serta Rina, yang dikatakan sebagai ‘ungkapan adanya kaderisasi’ di RAI.
Acara ini bertujuan selain untuk memperkenalkan galeri Horn Studio yang baru saja berdiri juga sekaligus ajang untuk melepas kerinduan bertemu antar anggota, sekalian ‘spa telinga’, menghibur diri dengan dengar bareng dan bersilaturahmi serta sharing hobi audio. Disini peserta dengar diajak menikmati sajian suara speaker horn dengan driver TAD. TAD sendiri merupakan salah satu brand yang dipegang oleh Horn Studio di Indonesia.
Setelah didahului santap siang, Bung Dan Santoso, owner sekaligus desainer dan penata ruang – mengajak peserta dengar untuk memasuki ruangan demo stereo Horn Studio, dimana ada dua speaker dengan sederet sistem pendukungnya. Hampir semua sistem yang ada disini adalah buatan Horn Studio. Ruangan ini pun ditreatmen akustik oleh Dan Santoso. Begitu pun dengan setting perangkatnya.
Jadi ada dua speaker horn, satu bookself, satunya floorstanding. Saat peserta hadir dan siap mendengar, diputarlah lagu tetapi dengan sistem ditutup oleh tirai gelap. Jadi saat masuk pertama ke ruang ini pun peserta tidak bisa melihat sistem apa. Sengaja oleh Dan, bukan untuk menjebak, tetapi lebih kepada ingin tahu pendapat murni tentang suara tanpa melihat fisik perangkat apapun yang lagi show off. Ini persis seperti bila kita melakukan blind test perangkat.
Selepas dengar, Asawendo Swissrianto (Wendo), founder Rumah Audio Indonesia sekaligus sebagai moderator kocaknya yang seringkali bikin ketawa di acara ini, mengundang satu persatu pendengar untuk memberi tanggapan, baik plus maupun minus dan sarannya. Diawali dengan Tjandra Ghozalli.
Oh ya, Dan sebelumnya juga mendisain sebuah sistem stereo dengan speaker speaker buatannya ini di rumahnya sendiri. Beberapa tamu yang datang kemarin, sebagian ada yang pernah datang ke rumahnya ini, termasuk penulis. Simak artikel tentang Horn Studio di link ini:
https://auvindo.com/obyek-wisata-telinga-baru-horn-studio/
Mereka lalu membandingkannya suara di rumahnya dengan suara di ruang ini, ternyata jauh lebih baik disini. Ada yang mengatakan bahwa disini suaranya sudah seperti bukan horn, tetapi masih lebih bisa lagi diimprove dengan placement yang lebih ideal. Masih bisa lebih dioptimalkan. Dan sendiri menurut penulis, sudah melakukan serangkaian improvement dari sejak sistem ini pertama kali masuk ke room ini, sudah ke-4 kalinya, dan kunjungan ke-4 ini sementara ini yang terbaik. Ini juga diakui oleh Glenn Dharmin yang mengakui sistem di ruang ini jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem horn yang ada di rumah Dan. Bagaimana komen suara disini? Kami tanya demikian, Glenn masih belum berani menjawab. Alasannya, karena di sistem ini yang dia dengar, semua ditambah subwoofer besar, sehingga belum berani menilai bagaimana suara sebenarnya (bila tanpa subwoofer).
Berikut adalah sebagian pendapat dari pengunjung acara ini. Tentu saja segala masukan diterima dengan baik oleh Dan, karena sebagai toko baru apalagi – tentu butuh masukan berharga.
Rizal Firmansyah
Harjanto
Santoso,
Berikut adalah pendapat pendapat lain yang sempat kami catat.
Johni yang disebut-sebut sebagai orang IT yang suka main audio ini mengatakan bahwa di rumahnya, dia jarang main horn, dan di ruang ini dia dapati suaranya indah dan merdu sekali. “Kalau saya mendengar musik itu yang saya lihat apakah apakah suaranya musical atau nggak”.
Charles, mengatakan bahwa suara atasnya extend, tetapi ada sedikit kesan terasa seperti memaksa.
Marcel, mengatakan pernah mendengar horn yang TAD, tetapi mendengar disini kaget juga, speaker horn tetapi holografiknya bisa terbentuk. suaranya seolah bukan dari speaker. Ini juga menjadi salah satu keunggulan driver TAD.
Hendra Nurhalim dari galeri Audiophile’s, bercerita bahwa sebelumnya dia pernah dengar juga speaker ini. Dulu dikatakannya dari sisi musical sudah bagus, dan kini setelah dibuka lebar, staging lebih improve. Tetapi hanya tenaganya saja kurang, seperti saat memainkan Diana Krall, ketukan pianonya menurutnya agak sedikit dipaksakan. Tetapi vokalnya bagus sekali.
Ferry Effendi
Ferry berpendapat bahwa di ruang ini, dia tak mendengar yang aneh aneh dari horn ini. Tak ada yang terasa menusuk, dan yang salutnya, frekuensi sangat terkontrol. Kalau ada yang merasa kurang oke, menurutnya kadang kita perlu melihat dari lagunya juga ya. Tidak bisa diharapkan semua lagu bassnya bombastis, jika memang tak ada informasinya di rekaman. Kalau dipaksakan bisa jadi tak benar semuanya. “Saya termasuk aliran yang suka memperhatikan tonal balance. Tidak ada yang lebih dan kurang dari sisi ini di ruang ini, terkontrol”katanya.
Demikianlah beberapa pendapat yang sempat kami catat. Beberapa pendapat lain, juga berada di seputar plus dan minusnya suara stereo di ruang Horn Stuio ini. Berikut adalah video sekilas dari sajian suaranya, dalam sebuah format file (dari file 4K dari ponsel Sharp Sense8, kami konversi ke format High Definition):
Oh ya, ini adalah galeri. Selain demo, dan display, juga menjual sistem/perangkat. Dan menjual produk produk yang tampil disini, selain itu juga menjual layanan, seperti settingnya dan lain lain. Ini tentu menarik karena kebanyakan penjual hanya menjual, tidak menyediakan jasa settingnya.