Main ke rumahnya Hendryanto Ramli, sang komandan Vermouth Audio, bagi kami yang jauh-jauh datang ke Bali, memang perlu sedikit perjuangan. Mungkin karena kami sendiri yang salah menentukan waktu – jam 11 malam ! Ini sudah pasti pilihan paling nekat sepanjang berkarier di dunia audio.
Masuk ke perumahan di jalan Sari Dana, kawasan Ubung Kaja, Bali – yang sekaligus adalah dapurnya Vermouth Audio – ketika sudah sampai di ujung perumahan, keluarlah Hendry menyambut kami. Begitu masuk, pemandangan pertama yang tersuguhi adalah sebuah mesin cryogenic. Teringat akan sebuah mesin pendingin komponen seperti kabel, yang fungsinya menata letak ulang moleku-molekul dalam kabel sehingga konfigurasinya teratur dan membuat komponen ini lebih dapat bekerja maksimal. Hendry saat itu tengah mengcryo kabel yang diatakannya akan diekspor.
Vermouth Audio memang lebih dikenal akan kabel-kabel audionya. Jenis kabelnya beraneka, dari kabel speaker hingga kabel power dan telah merambah ke pasar luar negeri. Merk ini terus berkibar sejak pertama kali dibangun sekitar 2010 lalu hingga kini, yang tentunya berkat kerja keras,antusiasme tinggi dan ketekunan oleh Hendry Ramli selaku desainer dan ownernya. Hingga saat ini Vermouth dikenal sebagai produsen hi-end loudspeaker dan kabel audio beserta asesoris dan elektronik lainnya seperti amplifier, dan lain lain.
Vermouth Audio punya ruangan yang sekaligus tempat tinggalnya bersama keluarga. Tetapi dia tengah menyiapkan rumah ini full untuk workshopnya, sedangkan untuk rumahnya dia sudah membeli rumah disebrang rumahnya ini.
Kami masuk ke ruangannya, dan terlihatlah sepasang speaker bookshelf, juga sepasang speaker monitor untuk keperluan rekaman yang menempel di dinding kayu. Di awal kunjungan, Hendry sempat berkisah bagaimana dulu dia ngekos di kawasan Karet Kabel, Jakarta sekitar tahun 2002-2004, dan disitulah pada tahun 2004 dia mulai tertarik otak atik audio.
Ngobrollah kami tentang banyak hal, seperti Hendry yang sempat ingin bertemu dengan orang yang jago mendisain speaker, dan jika bisa mengembangkan kerjasama. Kami punya ide untuk bagaimana bung Hendri ini melatih orang agar bisa membuat speaker dan juga kabel. Ini ide menarik menurutnya, walau dia katakan bahwa melatih orang untuk bagaimana membuat speaker yang baik itu tak ubahnya seperti melatih orang untuk bisa melukis dengan baik.
“Kita sulit tentu menemukan orang yang dapat merealisasikan betul seperti yang maunya kita. kalau hanya merakit saja bisa, tetapi kalau mendisain itu sulit”katanya.
Kami dapati dari obrolan ini, Hendry termasuk orang yang tidak terlalu ambisius khususnya dalam hal berjualan barang. Bukan termasuk orang yang terlalu ngoyo mengejar uang. Tetapi dia ingin semua produk yang dia jual diusahakan laku, tanpa perlu banyak ‘ngecap’.
“Tipikal saya juga bukan termasuk orang yang sangat rajin. Tetapi bukan malas. Kalau ingin bekerja, saya bisa bekerja seminggu atau sebulan nonstop. Tetapi kalau lagi tidak ingin bekerja ya tidak bekerja. Jadi prinsipnya hidup, menjalankan apa yang saya suka saja” Katanya.
Jadi, dia termasuk pribadi yang tidak memperhitungkan utamanya soal kuantitas penjualan, melainkan kepada kualitas penjualan. Ini tentu turut mendukung bagaimana produknya disukai, bahkan ada yang sampai keluar negeri. Bisa jadi malah, pasar luar negeri, justru yang dia lebih incar. Mengapa? Karena banyak penyuka audio di Indonesia banyak yang memandang rendah merk-merk Indonesia. Jika menjual di Indonesia sulit, maka mengapa tidak membuka pasar di luar negeri?
Tetapi tidak harus mempromosikan hingga keluar, lha di Bali saja bertebaran bule-bule. Berapa persennya tentu pehobi audio. Sempat dia bercerita tentang seorang bule yang datang ke rumahnya ini karena tengah mencari speaker. Dia berikan pilihan sebuah model speaker Vermouth yang berukuran besar, dan dihargai cukup tinggi. Ternyata si ‘bule’ itu tertarik dan membelinya. Hendry mengatakan, bahwa 50 persen yang mencari brand Vermouth Audio masuk dalam kelompok serius.
Maka ada plus lainnya juga Vermouth Audio memilih Bali sebagai lokasinya. Di kota ini, kami melihat pebisnis audio lain, yang semuanya memegang merk branded,yang kami ketahui hanya ada Malang Audio dan desound.
Inilah sepenggal kisah kunjungan Auvindo ke dapur Vermouth Audio di Bali. Foto foto yang ada di sini tentu sanggup bercerita lebih jauh.