Kali ini redaksi kedatangan audio portable yang didesain utamanya untuk keperluan professional, tetapi ternyata untuk dengar dengar santai di rumah juga sedap. Dari Sennheiser, Jerman. Modelnya HD 300 Pro. Nama Sennheiser dan Kata ‘pro’ di model ini memang telah akrab dengan ‘ajakan’ untuk kita membawanya ke dapur rekaman atau ke panggung saat live show musik. Maka karakter suaranya patut ditengarai kira-kira tak jauh-jauh dari karakter suara yang umum diharapkan hadir saat kita ingin ‘mengabadikan’ nuansa studio atau panggung, – misalnya sifat netral atau flat, dan nuansa yang live. Ini juga yang diemban HD 300 Pro setelah kami baca manualnya. Dia disodorkan Sennheiser sebagai sebuah instrumen untuk kita melakukan tracking dan monitoring di studio dan panggung. Di rumah?
Kami buka boksnya. Tak kami temukan asesori di boks ini. Hanya headphone dengan kabelnya, dengan jek yang ujungnya dibuat rangkap sehingga dia dapat masuk ke unit prosesor maupun ke laptop atau unit pemutar portable dan ponsel. Bodinya hitam legam, dilengkapi kabel hitam berulir sepanjang 1.5 meter. Kabel HD 300 Pro cukup kuat dan elastis. Kabel ini pun bisa dilepas-pasang dengan mudah. Jadi kita bisa pilih pilih kabel tertentu yang mungkin lebih pas dengan selera. Kabel ini telah dilengkapi sebuah bagian short coiled untuk mencegah noise kabel.
Ada kata‘over ear monitoring’ di dusnya. Artinya, ini adalah headphone untuk memonitor yang biasa digunakan dalam produksi untuk memantau saat merekam dan untuk mencampur audio. Pemantauan melibatkan analisis aspek teknis suara. Untuk mencapai hal ini headphone harus sangat sensitif terhadap suara setiap instrumen sehingga penyesuaian suara dapat dilakukan dengan mudah. Desain: Headphone over-ear memiliki penutup telinga yang lebih besar daripada headphone on-ear sehingga membuatnya lebih besar dan kuat. 2. Peredam bising pasif: Karena over-ear menutupi seluruh telinga Anda, headphone ini memberikan PNC yang jauh lebih baik daripada headphone on-ear.
Jadi, ini headphone seriuslah. Harganya? Di Tokopedia per 11 Februari 2024 lalu bertengger di kisaran 4.6 jutaan Rupiah. Sennheiser ini bisa saja lebih murah ketimbang banyak headphone monitor closed-back lainnya.
Kesan serius juga diperlihatkan dengan memakai kabel (ketimbang nirkabel). Mengapa tidak wireless, ya karana kata ‘serius’ tadi. Banyak pemain audio portable yang yakin, kabel lebih jagoan bila bicara urusan kualitas suara -dibanding yang wireless.
Headband-nya yang berbantalan empuk, bisa dilipat,berotasi. Desainnya dikatakan closed circumaural. Ini berarti ada ruang cukup luas untuk telinga sehingga tak akan menyentuh drivernya, karena bila terlalu rapat bisa saja berpotensi menyebabkan penumpukan panas. Ini bisa saja terjadi.
Ini adalah headphone yang dapat dilipat (foldable) yang dikatakan Sennheiser mengutamakan isolasi pasif secara maksimal(dikatakan sampai 32 dB) tanpa menomorduakan kualitas suara. Maka mari sebut dia sebagai closed back headphone, karena menerapkan konsep isolasi. Jadi memang tak ingin suara luar – masuk. Karena memakai konsep ini, cukup ideallah dia untuk memblok noise eksternal. Walau tergantung juga dengan jenisnya, seringkali orang lebih suka model yang terisolasi dari lingkungan sekitar, karena bisa lebih khusuk mendengar.
Dalam dunia rekaman sendiri, konsep isolasi yang baik sangat penting khususnya saat perekaman, karena mencegah suara dari luar menerobos masuk. Selain itu, saat melakukan monitoring, kita tentu ingin lebih dapat berkonsentrasi, untuk hasil mixing yang lebih akurat.
Sennheiser mengatakan, modelnya ini punya frekuensi response yang linier serta pola suaranya tetap halus dan presisi di setiap genre lagu – di seluruh spektrum. Dan mereka meminimalkan distorsi serta getaran parsial diafragma dari headphone pada tingkat sekecil mungkin. Ini diyakini Sennheiser diperlukan untuk reproduksi yang powerful dan bebas distorsi bahkan kalaupun digeber pada level tekanan suara tinggi.
Kesan Suara
Headphone seperti ini makanannya tentu rekaman-rekaman yang menyasar kepada mereka yang doyanannya tidak sekedar menikmati lagu, tetapi juga gemar menganalisa tentang seberapa dekat sang penata suaranya bisa ‘mengabadikan’ sebuah panggung atau kondisi saat rekaman. Yang mendengar bisa kian lebih bisa merasakan sedekat mungkin dengan panggung.
Ada banyak rekaman ‘audiophile’ ini. Dari koleksi yang ada di pemutar portabel Astell & Kern SE 100, kami pilih di awal adalah vokalnya Diana Krall, di lagu Temptation, lalu Jazz at the Pawnshop (direkam live, langsung dari sebuah band yang tampil di sebuah café), dan Isao Suzuki Trio dari rekamannya Three Blind Mice, sebuah label rekaman top asal Jepang itu. Juga ada Steely Dan di Two Against Nature. Sebagian dari rekaman ini bisa saja berubah jadi ‘mahluk jahat’ bagi sistem.
Nah, istilah jahat ini hanya sekedar penggambaran saja bila rekaman tertentu ini komposisinya terasa begitu rumit, misalnya pada beberapa rekaman orkestra atau rock keras yang bisa saja menelanjangi kemampuan sistem/alat karena terkesan berantakan atau jadi kasar. Jika berhasil menjinakkan rekaman ini, dikatakan dia pintar mengontrol, sehingga tetap masih bisa dinikmati.
Vokal Diana yang kuat, bercampur lirih. Mengalir pelan, lirih, diselingi gitar bass yang mengiringi vokal Diana dan piano yang dimainkannya. Disini terasa layer-layer rekaman diperlihatkan.Segala bunyi-bunyian yang pernah kami dapati saat mendengar lagu ini di sistem home audio teman (yang menurut telinga kami, salah satu sistem ideal), ada di sini. Maka, selain kontrol, dia juga tampil detil, dan instrument disajikan dengan tanpa kolorasi. Tak kalah menarik, adalah saat kami putar lagu ini di volume sangat rendah pun detilnya masih terasa. Ah, kadang nikmat juga dengar musik sepoi-sepoi, apalagi walau dalam nuansa yang lamat-lamat ini, detilnya masih terasa.
Kesan lain dari rekaman-rekaman ini adalah, instrumennya disajikan secara apa adanya. Tidak terkesan artifisial apalagi over expose. Ini menarik karena bagi pemula misalnya, bisa dijadikan alat untuk mengenal bunyi yang benar dari sebuah instrumen itu seperti apa. Tampilan alami ini juga dapat membuatnya menjadi sebuah model headphone ‘reference, bila kita ingin melihat secara blak-blakan apa saja yang ada di rekaman, tanpa adanya unsur ‘lipstik’nya seperti mengekualisasi bass agar tampil padat dan impresif misalnya.
Dengannya, kami bisa merasa seperti ada di depan speaker yang jaraknya 2-3 meteran. Di rekaman dinamik, kaya akan gebukan drum dan cabikan bass gitar, tak terasakan kompresi.Sempat juga mendengar woodmind yakni clarinet dan oboe dari sebuah rekaman mono. Dimensinya terasakan di depan. Seperti melihat dua instrument yang dimainkan di antara woodwind tadi.
Ada satu rekaman dari dalam negeri yang kami dengar. Coba dengar Payung Teduh, Untuk Perempuan yang Sedang Jatuh dalam Pelukan. Gitar akustik di awal, terasakan cool, dengan jentikan snar string yang tampil alami. Ini rekaman biasa tetapi bisa tersimak segar di telinga, mengesankan sebuah aransemen yang dikerjakan dengan baik. Tampilan separasinya rapi, tak bercampur, dan bisa ditebak – tak berantakan. Masing masing instrument tampil dengan seimbang, tidak saling menenggelamkan,.
Kenyamanan Pakai
Kami sengaja memberi sub judul khusus tentang ini karena ini banyak mempengaruhi penilaian kami, seberapa baiknya pun kualitas suara. Tak ubahnya seperti saat menonton live musik band favorit kita di panggung terbuka, dimana kita sangat menikmati musiknya. Tetapi tiba tiba turun hujan. Apakah kita akan tetap berdiri menonton atau berlarian dahulu ke suatu tempat berteduh, sambil kemudian lanjut menikmati show?
Ya di kesempatan pertama memakainya. Senang karena telinga tidak ditekan tetapi ketika suatu hari kami memakainya dengan memutar selama 2-3 jam sambil bekerja, kami perlu menggeser sedikit headphone di telinga, agar kenyamanan tetap terjaga.
Sebenarnya untuk berjam-jam tidak menyebabkan kelelahan mendengar. Ketidakbetahan justru lebih kepada kenyamanan pakai, tentu saja di penilaian ini – adalahbagi kepala kami. Bisa jadi berbeda bila anda gunakan. Dan satu lagi, bila ingin mencari yang lebih akurat, perlu juga membandingkan dulu dengan model lain.
Tak terasa rasa kurang nyaman seperti karena merasa menekan termasuk bila digunakan terus menerus memutar rekaman dinamik atau keras (level tinggi). Boleh jadi ini adalah berkah dari konsep clamping force darinya.
Keimpulannya
HD 300 Pro termasuk headphone yang walau cenderung tampil flat, walau dia tidak terlalu galak untuk mau menelanjangi rekaman rekaman biasa. Dalam artian, tidak banyak sesumbar meneriakkan keburukan dari rekaman ini. Rekaman biasa masih bisa dinikmati, misalnya dengan menampilkan bass yang tidak terlalu kering tetapi juga tidak terlalu over exposed. Ini menjadikannya bisa nikmat pula digunakan untuk santai di rumah, dan mendengar file file kompresi tinggi seperti MP3.Apakah karakter ini sedikit menggerus predikatnya sebagai sebuah headphone studio yang ideal?Nah, anda perlu mendengarkannya langsung untuk hal ini.
Yang pasti, untuk rekaman yang didesain baik, sungguh nikmat memakainya, khususnya karena dia punya bass yang responsif, punchy dan bersih. Tonalitynya pun seimbang. Mid-nya indah dan detil, dan di sisi frekuensi tingginya juga bening, walau rekaman biasa, ada saja kesan sedikit butek karena bercampurnya low dan high. Untuk pekerjaan yang mengutamakan analisa ketat, bolehlah memilihnya sebagai salah satu pilihan. Terlebih dia istimewa di isolasinya.
Untuk jalan-jalan?Nah, oke juga, apalagi jika anda ingin berkonsentrasi di lingkungan yang yang ramai. Bolehlah dipakai sebagai teman. Hanya saja, perlu berhati-hati karena konsep closed-backnya. Jangan sampai anda jadi kurang awas akan lingkungan, misalkan saat di bandara – jangan sampai tak mendengar pengumuman bahwa pesawat anda sudah siap.
Tetapi tetap, ini adalah headphone yang didesain khusus untuk keperluan serius, headphonenya para profesional di dapur rekaman. Kami yakin headphone ini bagus untuk mendengarkan trek audio berkualitas tinggi. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh rentang frekuensi 6 Hz hingga 38 kHz yang luar biasa dan tingkat distorsi yang rendah. Untuk studio studio rekaman, bolehlah memakai headphone ini sebagai referensi, baik untuk studio referensi, produksi, mixing, dan mastering. Ini karena reproduksi suaranya yang kami jumpai sangat presisi dan soundstagenya membawa nuansa asli panggung.