Mendapatkan film untuk kita tonton di rumah kini kian mudah saja. Bahkan dengan memakai proyektor pun, film-film itu mudah didapat. Syaratnya hanya asal ada internet di rumah. Gambar yang didapat pun besar, bisa hingga 100 inch. Aliran filmnya, bisa dengan dongle yang sudah built in di proyektor. Suaranya? Tampilannya bisa saja seganas suara soundbar, karena ada speaker dan subwoofer di dalamnya. Inilah yang kami dapati di projector Epson EH-LS800B ketika mereviewnya di 6 Maret 2024 lalu.
Apa hal menarik lain dari proyektor laser 4K berteknologi 3 LCD ini?
Ini adalah smart proyektor yang memakai dongle Android TV, sehingga kita bisa mudah menonton ratusan film terkini, misalnya melalui YouTube atau Netflix. Jenisnya termasuk proyektor UST (Ultra Short Throw), dimana jaraknya ke layar hanya sekitar 35 cm. Ukurannya terbilang agak lebih kompak (walau banyak proyektor cinema lebih kompak darinya) dan bodinya termasuk berat dengan bobot 12.3 kilogram.
Epson sendiri adalah merk Jepang yang juga bermain serius di home cinema, dengan melahirkan beberapa model proyektor, mulai dari yang untuk data/presentasi hingga untuk home theatre. Yang home theatre, ada yang main di High Definition hingga Ultra HD, yakni 4K. Baik yang true 4k maupun yang 4K enhancement. Untuk yang di ruang khusus (dedicated room) atau yang di family room atau room multifungsi, seperti model LS 800B ini. Juga untuk ruang lain.
Tak luput dari perhatian kami, dia punya 2 speaker dan 1 subwoofer yang siap menyajikan suara 2.1 channel. Kalaupun kita belum punya speaker luar (entah speaker Bluetooth, stereo, soundbar atau surround), bolehlah mengandalkan speaker built in ini.
Proyektor ini terbilang mudah dalam instalasinya, walau sudah tentu kita perlu membaca buku manualnya dan melihat saran seperti berapa jaraknya ke layar. Cukup letakkan dia di depan layar(atau dinding putih saja sementara walau kualitas gambarnya masih belum maksimal), lalu paskan posisi gambar dengan layar, dengan fasilitas yang ada via remote. Edwin Syafrudin dari PT Epson Indonesia, saat mendemokan singkat EH-LS800B di ruang demo Epson Indonesia (room Epson Solution Center), menerangkan tentang mudahnya instalasi dan setting model ini. Anda bisa lihat di link YouTube dibawah ini:
Karena jenis proyektornya ultra short throw(UST), jangan lupa, pilihlah layar yang memang ideal untuk proyektor UST, khususnya untuk ruang dengan pencahayaan ruang seperti di ruang anda -misalkan pilih yang karakternya dikatakan ALR (Ambient Light Rejecting), seperti layar yang kami pakai saat menguji proyektor ini.
Fitur EH-LS800B
Ini adalah proyektor berlensa 4K. Lensanya sudah motorized – membuat proyektor kita lebih punya pilihan area penempatan proyektor ini karena sudut tembaknya bisa fleksibel. Kita bisa taruh dia di ceiling, di meja atau sebuah rak.
Tingkat terang (brightness)nya ada di 4000 lumen, dengan kontras ratio di 2.500.000 : 1. Apakah ini termasuk istimewa? Nah, untuk menjawabnya, kita perlu lihat apakah ada sinar matahari yang masuk ke ruang kita menonton. Bukan apa apa, jika menontonnya siang, cahaya ini bisa mengaburkan detil gambar.
Penulis ingat, ada saran dari seorang pakar video, yang mengatakan bahwa jika kita ingin menonton film menggunakan proyektor pada layar 100 hingga 120 inch tanpa adanya cahaya di ruang itu, maka minimal tingkat brightness proyektor adalah di 2.000 lumen. Jika Anda perlu menyalakan pencahayaan sekitar atau jika terdapat sumber cahaya terang di dalam ruangan, proyektor yang ideal minimal di 3.000 lumen. Dengan 4000 lumen tentu lebih dari cukup.. Dengan senjata 4000 lumen-nya ini, EH-LS80B tentu akan mudah saja menghalau dampak cahaya matahari itu dan membuat gambar tetap jernih dan optimal untuk kondisi ruang seperti ini.
Di fasilitasnya ada Google voice assistant, sensor gerakan bercahaya laser, Mode speaker Bluetooth, asisten setting otomatis seperti mengoreksi distorsi gambar yang dari smartphone. Lalu ada lens shift, Operasinya tidak berisik (level noisenya 25 dB di output cahaya 75%) karena didesain low noise.
Model ini dikatakan bermain di 4K atau Ultra HD, yang resolusinya mencapai 3.840 x 2.160 piksel yakni 8.3 juta piksel. Jumlah ini berarti 4 kali lebih banyak pikselnya dibanding sebuah gambar Full HD(makanya diberi nama 4K). Sebuah proyektor true 4K akan menyampaikan 8.3 juta piksel ini dan setiap piksel secara individual akan tampil di layar.
4K yang dimainkannya sudah PRO-UHD dengan HDR display tanpa input lag di bawah 20ms. Bagi sebagian dari anda mungkin masih awam akan istilah Pro UHD (ultra high definition). Sekedar berkilas balik, adalah organisasi bernama CEA(Consumer Electronic Association) yang membuat spesifikasi UHD ini, untuk menggambarkan resolusi gambar minimal sebesar 3840×2160 piksel. Kata ‘pro’ tadi sekedar menggambarkan bahwa kualitas gambarnya lebih baik dari yang standarnya UHD. Epson kami ketahui merupakan satu-satunya merk proyektor yang menggunakan istilah Pro UHD ini. Ini adalah istilah untuk menggambarkan resolusi yang dihasilkan oleh teknologi e-shifting (4K Enhancement) Epson. Resolusi gambar yang dimainkannya adalah 4K Enhancement(tetapi menurut Edwin Syafruddin dari Epson Indonesia, ini adalah proyektor native 4K).
Video obrolan kami tentang resolusi ini bisa anda lihat di link di bawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=FkdaCOu4Pjk
Yang jelas, model ini sanggup memainkan film-film yang sudah 4K. Hanya saja, dia tidak menampilkan gambar dengan resolusi true 4K. Inilah menariknya – jadi ada dua pilihan 4K, yang true dan enhancement. native 4K dengan 4K enhancement. Teknologi 4K enhancement ini membuat proyektor ini harganya jauh lebih ekonomis ketimbang proyektor true 4K. Bagaimana beda kualitasnya, tentu true 4K lebih baik di kualitas gambarnya, hanya saja seberapa lebih jauh, anda dipersilahkan meihat langsung di gerai elektronik (seeing is believing bukan?).
Di atas juga disebut tentang input lag yang di bawah 20 ms. Ini lebih merujuk ke arah gaming, dimana model ini dikatakan menampilkan input lag yang rendah untuk para gamer. Ini menarik jika kita kaitkan dengan fiturnya yang ada input 4K/120 fps yang berguna untuk output video game khususnya untuk gambar yang bergerak cepat. Maka, dia bisa diandalkan untuk menayangkan gambar gambar cepat seperti dari console game, atau siaran olahraga tanpa terlihat blur.
Sempat kami temukan sebuah fitur bernama Frame interpolation di info tentang model ini. Ini adalah teknik yang sering digunakan untuk pengambilan sampel sementara guna meningkatkan kecepatan refresh video atau untuk menciptakan efek gerakan lambat.
Di koneksi, ada dukungan eARC/ARC (Audio Return Channel). Dengan ARC, audio bisa dibawa oleh proyektor ke sebuah amplifier dengan memakai kabel HDMI. Selain itu ada USB 2.0-A (3x), USB 2.0 Type B (Service Only), Wireless LAN IEEE 802.11a/b/g/n/ac, Jack plug out, Bluetooth, HDMI ARC, HDMI (HDCP 2.3) (3x). Ada dukungan AndroidTV. Ada sebuah aplikasi bernama Epson iProjection yang bisa kita gunakan mengoperasikannya.
Review
Kami memutar 3 film Blu-ray true 4K, yakni Avatar, Top Gun dan Cloudy Meatbalss (film animasi). Yang lebih menggelitih hati untuk diamati justru adalah suaranya. Di ketiga film ini, terasakan power dan dinamika suara disitu. Ya, 20 Watt, cukuplah untuk menghadirkan nuansa bass yang punchy(‘nonjok’) dan deep(istilahnya, dapat’gebukannya’), walau ada batasan volume. Jika kita geber sampai level maksimalnya, tetap terasa bulat dan deep bassnya tetapi lebih menyusut kebeningannya.
Di film Avatar, efek dentuman bom, cukup terdengar mengerikan, walau masih tertangkap nuansa jernihnya suara. Di tembakan, terasa claritynya.Okelah untuk sebuah proyektor. Dia seperti memiliki sebuah soundbar yang menempel di tubuhnya.
Bagaimana kira-kira kesan suaranya, kami sempat merekam video saat mereviewnya :
Clarity suara lebih terasa lagi saat merasakan bagaimana pesawat jet di film Top Gun, melesat ke udara, lalu menukik. Sanggup memberikan nuansa suara berdimensi di ruang demo ini, khususnya di depan dan sedikit di di samping, tetapi tidak di belakang. Maklum saja, mainnya di 2.1 channel. Yang menarik, di Top Gun dan Cloudy Meatballs, perhatian kami juga tertuju kepada dialog, dimana tertangkap titik area keluarnya ucapan, persis di mulut objek/pemeran film – walapun pemain ini bergerak dan berpindah. Tak ada delay suara dan kesan adanya distorsi suara.
Kesan suara yang massif, gerakan perpindahan suara yang smooth serta dimensional dan dialog yang jernih ini kami yakini merupakan buah dari prosesing suara yang baik dari Yamaha. Untuk ruangan sekitar 4 x meteran, kami yakin anda masih dapatkan bass yang bulat dan punchy.
Bagaimana gambarnya?
Di uji coba ini, kami memakai layar 100 inch jenis ALR buatan Epson. Menariknya, saat kami dekati proyektor yang sedang beroperasi, lasernya langsung off saat tangan kami menunjuk layar, dan sejenak kemudian menyorot kembali. Ini terjadi saat dia mendeteksi ada gerakan atau objek di depannya. Dan bersinar lagi ketika objek itu sudah tidak di sampingnya.
Ruangan gambar sesekali kami matikan dan di lain waktu kemudian dinyalakan. Memang lebih nikmat menikmati warnanya yang lebih keluar dan lebih tegas di lampu yang dimatikan, tetapi bedanya tak terlalu tajam dengan bila lampu dinyalakan. Kami lebih suka menyebut tampilannya alami saja, baik ketajaman maupun reproduksi warnanya Di Top Gun, skin tone Tom Cruise terlihat detail saat di scene yang mengclose up wajahnya.
Di Cloudy Meatbals terasa kejernihan warna-warna, khususnya merah dan kuning dapat keluar, terasa tegas tetapi terasa adem di mata. Dia memperlihatkan kenaturalan, dan kontrasnya tajam dan gambar terlihat terang. Gambar yang tampil punya kekontrasan yang tinggi, dan saat menampilkan adegan adegan di malam hari saat film Avatar khususnya, hitamnya hitam sekali, terasa level kehitamannya oke. Warna kehijauan yang sering tampil pun tampil dengan saturasi warna menarik.
Dalam operasinya, bahkan saat menayangkan gambar gambar yang rumit, proyektor terbilang senyap, tak terdengar suara kipasnya. Kami pegang tubuhnya juga tidak memanas. Ini berarti sistem pendinginan di dalamnya termanajemeni dengan baik.
Tingkat brightness LS800 yang terbilang kuat, tentu bisa jadi modal bagus untuk kita bisa menonton di ruangan dimana sinar matahari masuk ruang (siang hari) atau dalam cahaya ruang yang dinyalakan seperti saat kami menonton ini. Brightness sebear ini pun ternyata membantu kontras dalam lingkungan menonton yang gelap.
Jangan lupa, kita bisa menonton aneka film di YouTube. Ya, LS800 berjalan di Android TV, menawarkan sejumlah aplikasi streaming langsung di perangkat., Proyektor ini mengandalkan standar Wi-Fi 5 yang bukan versi terbaru, walau streamingnya masih bisa melaju cepat dengan bit tinggi.
Sempat terpikirkan, kami tengah menikmati gambar super besar dari sebuah TV. Masalahnya, menghadirkan sebuah gambar di TV 100 inch, bisa keluar uang berapa? Mudahkan menghadirkannya? Jika ingin pindah ruang tonton, apa tidak repot? Satu lagi, jika dibandingkan beberapa proyektor lampu, EH LS800B memakai teknologi laser. Artinya , kita tak perlu khawatir soal lampu dan tak perlu khawatir akan risiko merkuri (baca : https://auvindo.com/eropa-akan-melarang-proyektor-berbasis-lampu/ ). Dan seperti model-model Epson lain termasuk proyektor overheadnya, menerapkan teknologi 3LCD.
Akhirnya, untuk harganya di kisaran 60 jutaan rupiah, kami rasa make sense untuk performa suara dan gambar yang dihasilkan.