Menonton Mission Impossible : The Final Reckoning (21/05/25) di Flix Cinema Astha, kami disajikan sebuah cerita (lanjutan) babak baru, dan ternyata dihadapkan kepada cerita yang saling trkait dengan film film MI sebelumnya. Jadi jika lewat satu dua episode saja, atau bahkan kelupaan akan profil karakter dan nasibnya, bisa jadi bikin kita sedikit kurang mudeng saat menonton MI yang versi now.
Coba anda amati karakter seperti Benji (Simon Pegg), lalu Luther (Ving Rhames) dan Grace (Hayley Atwel). Ini karakter karakter di film MI sebelumnya ada dan kini muncul lagi. Terasalah, sepertinya scriptnya sudah diplanningkan jauh jauh hari. Jadi wawasan penulisnya sudah jauh kedepan, atau ya tinggal pandai pandai saja meracik bumbu barunya.
Hebat ya, padahal penulis MI dari yang pertama hingga kini berlainan. Di MI pertama (1996) penulisnya David Kopepp dan Robert Towne. MI 2(2000), Robert Towne. Lanjut ke 2006, dan 2011. Nah, dari 2015, 2018, 2023 sampai terakhir di 2025 ini, penulis skenarionya barulah sama, Christopher McQuarrie. Yang di 2023 dan 2025, dia dibantu oleh Erik Jendressen. Nah, Christopher inilah yang merangkai rangkai cerita dari yang dahulu, lalu versinya mulai di 2023 sampai terkini. Dan hebatnya, jalinan cerita bikinannya termasuk pintar. Saat ini, kami yakin dia tengah memutar otak bagaimana merangkai cerita lagi untuk tahun depan atau dua tahun lagi atau bahkan lebih. Bintangnya, bisa jadi masih Tom Cruise tetapi bisa jadi lain lagi (mungkin saja kata ‘Final’ di judul film ini berarti sesuatu).
(Trailer : Mission Impossible dari tahun ke tahun :
Musuh utama Tom Cruise alias Ethan Hunt yang masih saja terlihat macho di usia lanjutnya ini kali ini bukan orang tetapi AI (Artificial Intelegency). AI dikisahkan kian pintar dalam ambisinya menguasai dunia karena tanpa disadari manusia, dia belajar dan belajar terus, akhirnya dia bisa menjadi semacam dewa, yang bisa merasuk ke area area sensitif di dunia bahkan dapat mengontrol pusat kendali nuklir di berbagai negara. Nah, siapa pegang kekuatan, dia tentu akan menguasai. Penonton diajak membayangkan bagaimana bila setiap negara saling meluncurkan nuklirnya, tanpa bisa mereka kontrol. Habislah umat manusia ini. Tinggal AI yang ada. Dan tentu, no Mission Impossible lagi pastinya ya.
Kekuatan nuklir yang bisa membuat negara berperang antar negara dengan kontrol dari AI. AI memang kini jadi objek cerita pembuatan film. Kita ingat filmnya Aerobot yang bercerita tentang AI yakni muncul berupa humanoid, tetapi dikontrol AI. Juga Eagle Eyes yang bercerita kepintaran AI dimana AI ini terus dan terus belajar untuk bisa menguasai dunia. Di MI 2025 ini, dia menguasai super computer, mengendalikan pemerintahan tanpa disadari oleh orangnya, bahkan person to person di kemiliteran. Entity ini pernah memanipulasi sebuah system kapal selam Sevastopol, membuat kapal ini menembakkan torpode ke dirinya sendiri dan menenggelamkan seluruh awal di dalamnya.
Wujud Entity? Tak keliatan mata. Inilah yang kurang mengasyikan dari film MI kali ini. Musuh Ethan Hunt tak berwujud. Kecuali dengan orang ketiga yang haus kekuasaaan. Entity ini hanya diberikan identitas sonic berupa suara digital pada sebuah ruang berbentuk pil besar, dimana dia sempat berbicara dengan Ethan.
Apa yang menarik dari film ini? Salah satunya yang langsung terpikirkan, di sini Tom Cruise hebatnya melakukan sendiri hampir seluruh adegan berbahaya Mulai dari terbang terbalik bergelantungan tanpa alat bantu di pesawat biplane di udara dan saat menyelam ke dasar laut tanpa alat bantu pernapasan, yang akhirnya dia kedinginan. Ini kabarnya dia hampir mati. Di laut es ini dia benar benar tidak memakai stuntman, benar benar terkena yang namanya Hepothermal.
(Trailer : Scene saat menyelam :
Kehebatan Tom lainnya adalah saat duel di udara saat di pesawat. Di pesawat udara ini, menurut Wade Eastwood (coordinator aksi), adegannya diambil di pesawat sungguhan, bukan di studio atau green screen. Di udara ini, Tom sempat kehilangan kesadaran akibat kekurangan oksigen saat syuting adegan.
(Trailer dan pembuatan saat adegan di pesawat :
Dia sekarang actor termahal bahkan terkaya . Dia salah satu actor yang pernah dibayar sampai 100 juta USD. Hanya buat acting di satu film. Cuma sajak dia main di Mission Impossible yang di awal atau yang kedua, diturunkan bayarannya karena kini dia memproduksi sendiri. Artinya dia membeli film ini utk franchise yang sekarang ini.
Sampai lupa, di film ini Auvindo ceritanya nonton bareng film Mission Impossible : The Final Reckoning bersama teman teman dari IHEAC (Indonesia High End Audio Club), komunitas Nonton Bareng, dan jurnalis dari Audiopro serta BroadcastMag. Sebanyak 42 orang dihibur oleh speaker Alcons Audio yang tersebar di ruang Platinum Hall 3, Flix Cinema Astha ini.
Komandan acara ini, Sie Kek Cung dari KC Sound, terbilang sukses dalam menggelar acara nonton bareng ini. Satu ruang fully booked oleh kami semua yang diundangnya. Ajang ini juga sekaligus jadi kesempatan bertemu para pehobi audio dan video, serta kenal dengan muka muka baru. Kebetulan filmnya juga menarik dan mengunang rasa ingin tahu akan cerita. Dan bagi para penyuka audio, tentu saja akan jadi kesempatan menilai suara yang disajikan film MI ini.
Setelah menonton, Auvindo bersama beberapa undangan lain, diajak Sie Kek Cung menengok dapur control room dari ruang Platinum 3 ini. Sayangnya, video yang telah kami buat Ketika main ke ruangan ini, diminta oleh pihak Flix untuk tidak ditayangkan. Maka kami hanya menaruh foto bersama di ruang ini saja.

Auvindo duduk di teratas alias paling belakang, tetapi di tengahnya. Ini memang bukan posisi terbaik , tetapi syukurlah masih bisa menangkap kelincahan surround bergerak memutar 360 derajat, dan terasa Ketika turbulensi di dalam laut. Ini akan lebih seru tentu bila theaternya Dolby Atmos.
Menonton dari atas ini, bisa kita menikmati sebuah cerita dengan plot yang komplek, melihat banyak karakter manusia, dan menariknya, film ini seperti tak membiarkan kita mengambil nafas, di banyak scenenya perlu menahan nafas. Ini penggambaran hebohnya. Tentu reaksi penontonnya beda beda. Tetapi setiap frame yang ditampilkan membuat kita tak ingin kehilangan cerita, bahkan Ketika kami kebelet pipispun kami tahan. Tetapi akhirnya nyerah juga karena bahaya menahan pipis bukan? Akhirnya saya teruskan dan di akhir film bertanya scene apa saat tadi saya keluar.
Film ini terlihat dibuat oleh orang orang jenius. Dan kejeniusan film akan dibangun juga oleh suasranya. Kami erasakan tampilan suara, seperti dialog yang jelas dan punya clarity, walau di tengah ledakan atau hingar binger music, taka da suara yang tenggelam aau dominan. Efeknya cukup membawa kepada nuansa nyata. Ada keseimbangan antara dialog, dan music latar.
Efek suara memutar, jelas terasa ketika adegan pesawat mini dimana Ethan Hunt berkelahi dengan Gabriel , juga suara helicopter di adegan akhir yang menjumpai Ethan Hunt. Jika disimak yang sudah Dolby Atmos ini tentu akan kian hidup. Beberapa efek dari adu tembak juga menyuguhkan kedewasaan penataan suaranya. Kedewasaan setting ini juga membuat transisi music dan suara lain terasa halus.
Tampilan suaranya tidak asal keras yang sekedar ingin membuat penonton merasa impresi, tetapi pas pas saja. Ledakan tidak keras tetapi cukup punya power untuk menggentak perut, dan pas saja membuat kami terkejut. Suara yang terasa kasar adalah kalai Ethan Hunt dan Paris berkelahi. Disini ada paduan suara nafas, gesekan, dan benturan yang kesannya kasar, tetapi terasa nyata.
Bassnya terkontrol walau di sebagian kecil adegan, seperti Ketika Ethan Hunt menjelajah ke dalam beberapa ruang kapal selam siluman Rusia, Sevastopol, ada semacam getaran di bawah yang cukup imersif dan sempat membuat dinding belakang Platinum Hall ini sedikit bergetar.
Yah, menonton film ini, ekspektasi dan keingintahuan kita akan suara mendengar suara yang ‘gimana gimana’ mungkin tidak sebesar seperti menonton film seperti Dune, The Greatest Showman, Top Gun:Maverick, A Quiet Place, Gravity, Interstellar, The Batman dan lain lain, karena penonton sudah lebih teracuni duluan oleh rasa kepo akan bagaimana ceritanya. Tetapi tentu cerita tak akan bunyi tanpa suara yang hebat dan pas.
Inilah kesan Auvindo dari nonton bareng ini. Sekedar info tambahan, film ini dibuat dengan anggaran produksi mencapai 400 juta USD dengan memakai teknologi IMAX untuk kesan tonton yang imersif.
Trailer di versi IMAX :
Disisi lain, film seperti punya pesan kepada kita akan kehadiran Entity, yang juga tentu mencerminkan kekhawatiran dunia kini tentang berkembangnya teknologi ini yang menciptakan banyak pengangguran. Ketakutannya, jangan jangan kepintaran AI tak terkontrol hingga di jadi bisa mengontrol kita.