Saat berkunjung ke kantor PT Jaya Lexcron Indonesia yang berbisnis di layar home theatre, kami diajak melihat kebolehan layar Anylinx, merk dari perusahaan ini, yang menampilkan gambar 4K di YouTube dari sebuah proyektor ultra short throw (UST) dari Amerika, merk Viewsonic. Melihat gambar besar yang mampu menyita perhatian mata, sempat terpikir bahwa sudah saatnya rumah-rumah di Indonesia memakai proyektor dan layar untuk hiburan di rumah mereka, bahkan bukan tidak mungkin perlahan menggeser peran TV. Apakah ini terkesan mengada-ngada? Memangnya ada alasan jitu untuk kita mulai berpikiran mengganti TV dengan proyektor UST?
Jika memang jawabannya “bisa jadi”, memang masih perlu waktu untuk itu, karena kini banyak yang masih belum tahu atau terpikirkan tentang keuntungan bila memakai proyektor, terlebih rata rata rumah sudah punya TV, dan sebagian ukurannya pun sudah besar.
Kelebihan Memakai Proyektor
Satu kelebihan pasti bila memakai sebuah proyektor, khususnya yang jenisnya UST adalah – kita bisa mendapatkan gambar berukuran besar hanya dengan menaruh proyektor beberapa cm saja dari layar, bisa didapatkan gambar besar hingga 200 inch. Untuk mendapatkan itu, tak perlu bersusah menyediakan tempat khusus untuk proyektor, tak perlu takut merusak estetika ruang, tak perlu bersusah membuat bracket di ceiling untuk menggantungkannya, dan tak perlu takut ada bayangan mereka yang menghalangi layar saat ada yang lewat di depan proyektor.
Kelebihan lain, karena dekat dengan dinding, maka proyektor ini dapat menjaga kadar keterangan(brightnessnya) – apalagi kini rata-rata pabrikan sudah mulai mengadopsi teknologi laser. Ini membuat setting ambien cahaya lebih mudah. Maka, bila anda ingin memakainya di ruang tamu, ruang keluarga atau ruang tidur pun, proyektor jenis ini lebih pas dilihat dari sisi viewingnya, termasuk bila ruang digelapkan.
Hanya saja, untuk mendukungnya agar tampil kian maksimal , proyektor UST butuh partner yang sesuai dengannya. Ya, dia butuh layar yang ALR (Ambient Light Reflecting) atau layar dengan gain tinggi untuk memproyeksikan gambar ke atasnya. Ini adalah layar proyeksi yang menolak cahaya sekitar, sebuah layar kontras tinggi yang memantulkan dan mengarahkan semua cahaya yang diproyeksikan ke pemirsa sambil menyerap cahaya sekitar. Layar ALR ini menghasilkan gambar yang cerah dan kaya warna dengan detail yang terlihat jelas. ‘konon’ rata-rata layar ini tidaklah murah. Tetapi syukurlah ada beberapa merk yang menawarkan harga relatif lebih terjangkau, seperti yang bermerk Anylinx ini.
Sebuah proyektor jenis UST berbeda cara kerjanya dengan proyektor biasa. Untuk membuat gambar berukuran besar saat berdekatan dengan layar, proyektor ini dimodali serangkaian lensa internal yang main pantulan gambar sebelum memantulkannya pada bagian atas proyektor. Didapatlah gambar hingga 100 inci bahkan lebih.
Pertanyaannya adalah, seberapa dekatkah dia bisa menampilkan gambar sehebat gambarnya TV – (itu kalau kita berpandangan bahwa kualitas gambar TV lebih baik) – dibandingkan proyektor biasa, dalam hal besarnya area yang diperlukan dan kualitas gambarnya? Jika sudah ada jawabnya, kita jadi pakai UST kah? Atau tetap saja di TV (berlayar besar) itu?
Mari lihat dari tiga sisi, pertama adalah ukuran gambar, lokasi dan kualitas gambar.
Dalam hal ukuran, UST bisa kasih kita gambar sampai 120 inci. Coba, TV paling besarpun, bisa tidak sampai sebesar ini? Nah, jika memang area kita cukup lapang untuk bisa menonton gambar sebesar ini sesuai jarak ideal menonton, tentu lebih baik pilih UST. Hanya saja dalam hal set up, mengeset proyektor USD di tempat yang sesuai dikatakan agak tricky terkait dengan minusnya disisi zoom dan fitur optical image shiting.
Dalam hal lokasi, saat kita menimang-nimang apakah akan memilih TV atau UST, salah satu faktor penentu yang kita perlu lihat adalah dimana kita akan meletakkan salah satu unit ini. Proyektor UST lebih prima tampil di area dengan cahaya ambien tinggi. Maka bila ruangan terang, TV lebih mudah ditonton karena dia punya brightness yang dapat digunakannya untuk mengcounter kondisi ruangan. Tetapi dalam hal pantulan, UST lebih tidak rentan dibandingkan TV., misalnya jika sama sama diarahkan ke jendela. Beberapa TV dilengkapi lapisan anti-reflektif untuk membantu mencegah hal ini, namun proyektor lebih unggul dalam hal ini.
Memang ada yang berpendapat lain, dan lebih memilih TV. Misalnya, dalam hal kualitas gambar, mereka katakan sebuah TV besar hanya perlu melakukan lebih sedikit kompromi untuk bisa menghasilkan gambar yang bagus dibandingkan proyektor UST. Ini karane TV punya kontras yang lebih meyakinkan dan black level yang lebih baik dibandingkan proyektor UST – seperti di dalam sebuah ruangan gelap dan di ruangan yang lebih terang. Gambar TV terlihat lebih dinamis dan cerah, bahkan ketika Anda menggunakan layar ALR demi mendapatkan performa UST terbaik. Ini tentu Ssbagian pendapat dari mereka yang lebih memiih TV ketimbang proyektor UST.
Dalam hal biaya, nah ini tentu terasa dominan. UUD, ujung-ujungnya duit.Seberapa menarik pun jika sudah diluar budget, acapkali jadi tidak dipilih. Seberapa bagusnya pun sebuah proyektor UST, tetapi jika terasa lebih memberatkan kantung, maka orang lebih memilih TV. Tetapi jangan salah. Bukankah salah satu alasan utama orang mulai beralih ke proyektor UST adalah karena mereka mengidamkan bisa menonton gambar besar? Dan jika melihat ke masa depan yang Panjang, bisa dikatakan proyektor ini lebih hemat budget. Dan jangan lupa, proyektor proyektor UST kini sudah dilengkapi fasilitas dan kemudahan. Mari lihat salah satu contohnya, model X2000B-4K ini.
Salah satu model UST
Proyektor X2000B-4K Viewsonic di room demo Jaya Lexcron Indonesia ini adalah UST laser true 4K HDR. Dapat menyampaikan gambar 100 inch dari jarak 23 cm (dari layar). Dia memakai teknologi laser phosphor dan dilengkapi fitur koneksi pintar, melalui Wi-Fi dan Bluetooth. Maka kita bisa sharing konten tanpa kabel dari ponsel atau perangkat mobile lain, sedangkan Bluetoothnya bisa untuk pilihan audio dimana kita bisa membuat streaming konten dengan lebih mudah. Bluetooth ini juga mengalirkan suara dari proyektor ke sound system luar seperti soundbar atau ke headphone, bila kita ingin mendengar suara film yang tersaji secara personal.
Tak kalah menarik, dia sudah dipasangi sound system level theatre, berupa speaker dari sebuah amplifier 50 Watt yang dibuat khusus(custom) oleh Harman Kardon, dan dikatakan mendukung format suara Dolby/DTS. Ini tentu menarik, bukan saja di ide memasukkan sound system serius ke sebuah proyektor, tetapi juga nama Harman Kardon sendiri yang kita kenal sebagai salah satu merk top di dunia audio di Amerika.
Menariknya, bila kita saat pasang di rumah, kalaupun kita belum memiliki sound system khusus, apalagi speaker multichannel (5.1 channel dan diatasnya), maka kita gunakan saja dulu speaker di dalam unit ini. Dalam hal koneksi ini ada juga HDMI Arc, dimana proyektor ini bisa mengirimkan dan mengembalikan sinyal melalui satu kabel, sehingga mengurangi kabel tambahan antara proyektor dan sistem audio eksternal.
Kian menariknya disini kita bisa memakai ponsel jadi remote control untuk mengontrol permainan di proyektor ini, dengan mengunduh aplikasi Viewsonic vCastSendere ke ponsel. Tentu ponsel dan proyektor harus ada di satu jaringan WiFi yang sama dan kita perlu pairingkan.
Di fitur lainnya, dia punya teknologi Frame Interpolation yang mengurangi blur saat menayangkan gambar bergerak dan membuat gerakan cepat jadi smooth.
Yang mana yang harus Anda beli? Ada beberapa panduan. Misalkan, bila yang ingin dinikmati adalah sajian film (home theatre) termasuk film music, lebih baik gunakan proyektor, termasuk yang jenisnya UST. Mengapa? Kita lihat saja cinema atau bioskop. Yang digunakan adalah layar dengan proyektor. Bukankah home theatre kalimat saktinya adalah ‘memindahkan bioskop ke dalam rumah’?
Faktor lain adalah tentang budget anda yang dikaitkan juga tentang ‘impian’ tentang seberapa besar ukuran gambar yang mau anda tonton, terkait budget itu. Dari sisi ini, proyektor bisa saja punya kelebihan.
Tetapi memang tidak harus memilih proyektor, terlebih bila anda melihat kepada sisi sisi seperti pencahayaan ruang, kemudahan pemakaian, akses ke channel hiburan, dan lain lain. Bukan berarti dalam kaitannya dengan factor factor ini, TV pasti lebih unggul, tetapi kita diajak dahulu melihat bagaimana keunggulan masing masing bila berhadapan dengan masalah diatas.
Hal lain, lihatlah kemudahan set up, setting dan penggunaannya. Juga bagaimana mengakses sumber sumber hiburan film dan music. Setelah itu, perhatikan juga bagaimana keduanya dalam kemungkinannya menghasilkan suara dari film yang ditayangkannya. Jangan lupa, TV atau proyektor kini telah dipasangi sound system yang melekat kepadanya, seperti Viewsonic ini yang telah dipasangi speaker dan subwoofer dari Harman Kardon.
Kalaupun pilihan jatuh ke TV, anda perlu memilih, TV dengan teknologi atau jenis apa. Apakah OLED, LED, QLED? Nah, ketahui apa saja tentang teknologi TV ini. Hal lain, lihatlah pencahayaan ruangan rumah anda seperti apa? Apakah gelap total, atau remang remang, apakah ada sedikit cahaya luar (matahari atau lampu ruang lain)? Ini terkait ketajaman gambar, keseragaman warna, kematangan warna, dan lain lain.
Kalau ada waktu, coba juga mengetahui tentang color gamut, black level misalnya TV OLED. Juga tentang fitur fitur seperti upscaling, brightness dan lain lain.
Setelah melihat hal hal diatas, utamanya kualitas gambar dan budget, mana kemudian yang anda lebih pilih?