
Dua hari lalu main ke galerinya bro Lukas, Pro Audio, Bandung. Auvindo bertemu dengan Shinji Tarutani (CEO TAD) dalam lawatannya ke Jakarta, Bandung dan Semarang. Di kunjungan kami ini, kami bertemu juga dengan Lukas Tan (owner Pro Audio), Rudy Goenarso (ketua IHEAC Bandung) dan Hendra Gunawan yang sebagai distributor merk ini di Indonesia serta Kimsan, pehobi audio senior Bandung.
Kami sempat melakukan wawancara dengan Shinji dan dari obrolan ini diperolehlah informasi tentang konsep TAD dalam memproduksi perangkat audio
Di Pro Audio ini kamu juga bertemu dengan Rudi Goenarso (ketua IHEAC, Bandung) dan distributor merk TAD di Indonesia, Hendra Gunawan. Shinji sempat mengatakan bahwa setiap produk TAD lahir dari filosofi “Pursuing the Absolute Sound,” yaitu pencarian tanpa henti terhadap reproduksi suara yang paling murni dan emosional. Tarutani menekankan pentingnya perpaduan antara sains akustik dan kepekaan musikal dalam setiap tahap desain, dari driver hingga kabinet. Ia juga percaya bahwa kesempurnaan suara sejati bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang menghadirkan kembali “roh” rekaman musik seperti apa yang diinginkan artis dan atau sound engineernya.

Shinji juga mengatakan bahwa setiap produk TAD lahir dari filosofi “Pursuing the Absolute Sound,” yaitu pencarian tanpa henti terhadap reproduksi suara yang paling murni dan emosional. Tarutani menekankan pentingnya perpaduan antara sains akustik dan kepekaan musikal dalam setiap tahap desain, dari driver hingga kabinet. Ia juga percaya bahwa kesempurnaan suara sejati bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang menghadirkan kembali “roh” rekaman musik seperti apa yang diinginkan artis dan atau sound engineernya.
Dalam kesempatan makan malam bersama, Shinji sempat berbicara tentang esensi dari orang main audio hi end yang bukan sekadar mengejar spesifikasi tertinggi, tetapi mencari keseimbangan antara teknologi, keindahan suara, dan emosi musik. Menurutnya, system yang ideal itu mampu “menghilang”kan dirinya dan membiarkan penikmat merasakan kehadiran si artis di ruang dengar. Sempat juga menyinggung tentang setiap komponen yang perlu dapat bekerja harmonis – tak ubahnya seperti sebuah orkestra— dimana setiap instrumen tidak saling menonjolkan diri, tetapi saling melengkapi. Asyik dengar pendapatnya, dimana akhirnya tersembul kesan dari pendapatnya ini, yakni dengarkan dengan hati, bukan hanya dengan telinga.


