Menikmati Vinyl dari Paduan PMC – FM Acoustics di Rumah Robert

Comment
X
Share
Share with your friends
Linn Sondek LP12

Ada berapa jumlah anak muda di Indonesia, yang dalam satu tahunnya ingin memulai main stereo high end di rumahnya?  Hanya segelintir. Padahal musik itu mengasyikkan, tidak saja di mobil tetapi juga di rumah.   Tetapi mengapa rata rata lebih memilih audio mobil, audio portable  atau   audio professional? Apa karena home audio kurang bisa dipakai untuk gagah-gagahan, atau karena harganya terasa (lebih) selangit? Tetapi untunglah, masih ada beberapa anak muda seperti Robert, yang juga lebih senang dengar musiknya di rumah.

Ruang audio dan film Robert, memanfaatkan garasi yang disulapnya jadi ruang hiburan pribadi

Robert ini adalah  sosok anak muda  penyuka musik  yang di awal hobinya suka juga keluar masuk toko audio, dengar satu dua brand, seraya ‘menyekolahkan’ telinganya. Dia sempat menyebut nama toko  seperti Audio Centre, Elite Audio Video, Tasindo Audio dan Ultimate Audio Video. Pernah membeli satu set Marantz dan speaker Monitor Audio. Memakai NAP 300, dCS Bartok. Juga pernah pakai Naim Audio, Audionet, PMC dan Aurender.

Dia bangun home audio yang sekaligus home cinemanya di salah satu sisi rumahnya yang  tak seberapa besar. Sisi itu tadinya adalah  garasi. Ukurannya pun terbilang kecil,  3 x 5 meter.  Ruang ini dia tata keakustikannya dengan meletakkan sebuah diffuser di tengah belakang speaker, dengan beberapa modul penyerap berlubang lubang kecil.

Ruang audio boleh kecil, tetapi semangat tak boleh ikutan kecil, bahkan speaker pun tidak harus kecil.  Pakai speaker besar –  mengapa tidak dicoba? Dia pun memakai speaker  besar. Mungkin baginya, tak mengapalah –   asalkan  penata letakan dan settingnya bisa dimaksimalkan, dan tentu saja sebelumnya  antar  perangkatnya matching.  Kini, yang kami jumpai di ruangannya adalah PMC Fact Fenestria yang didapatnya  dari toko Excellent Audio. Ini adalah speaker flagshipnya PMC yang cukup besar tetapi tidak tambun. Cukup jangkung dan desainnya cukup menarik mata. Robert memilihkan power amplifier dari FM Acoustic untuk mendrive Fenestria, yang didapatnya dari Ultimate Audio Video. Untuk source, ada turntable legendaris LP 12 Linn Sondek.

Hanyut di Analog

Kesan kuatnya di kami,  Robert ini termasuk penyuka suara dari sumber analog ketimbang digital.  Lebih suka menyuguhkan beberapa koleksi vinyl favoritnya ketimbang memutarkan file file lagu dari sistem streamingnya.  Rekaman vinyl ini dirasakannya  lebih dapat membangkitkan kesan rasa (‘feel’)nya akan musik. Kata ‘feel’ ini seringkali dia ucapkan saat obrolan ketika membandingkan, bahkan antar satu rekaman album vinyl dengan album lainnya, khususnya antara pressing pertama (1st pressing) dengan pressing setelahnya.

Anda kira 1st pressing itu pasti akan lebih hebat dibandingkan pressing setelahnya? Menurutnya tidak selalu, walau dia  punya rekaman 1st pressing tertentu yang ternyata lebih bisa membangkitkan seleranya.  Ya, ada kata ‘selera’. Tentu yang membedakan seorang penikmat dengan penikmat lainnya.  Kita ingat,di dunia hobi high end audio,  memang ada semacam ‘petuah’, ‘trust your own ears’. Betapapun menurut seseorang yang digelari si kuping emas sekalipun –  bahwa system kita suaranya tidak benar, tetapi jika kita sebagai pemiliknya suka, bagaimana? Walau tak sedikit juga pehobi yang masih limbung, mudah mengikuti selera-selera temannya.

Robert mengoleksi vinyl dan yang anda lihat di foto ini adalah yang paling dia suka. Kami yakin koleksinya sebenarnya jauh lebih banyak lagi, tetapi dia harus memilih mana yang terbaik untuk berhak berdiam di ruangannya ini.  Koleksinya, ada yang ngerock, metal dan jazz. Nuansanya lebih terkesan dinamik, ngebeat (seperti di albumnya Michael Jackson) dan cenderung keras, ngegass, dan digeber kencang saat diputar.

Koleksi vinyl Robert, tidak seberapa banyak tetapi ini sudah menjadi pilihan dia

Setelah memutar Michael Jackson, giliran  Metalica dan Megadeth – disuguhkannya dengan memperlihatkan bagaimana  duet Fenestria dan FM Acoustics bisa diajak  tampil beringas, sangar dengan  nafasnya  yang nafas  kuda. Effortless, dengan hentakan  perkusi dan cabikan gitar yang sangat cepat. Nikmatnya, walau didengar pada jarak yang relatif dekat di ruang sekecil ini, speaker besar ini tidak terasa forward. Dipakai memutar You Could Be Mine-nya G ‘n R, terkesan kering memang dengan mid yang kami takutkan akan terasa tajam, tetapi ternyata tidak. Powernya  tetap  pegang kontrol. Ini menarik, bagaimana ternyata FM Acoustic juga hayuk saja digunakan di ruang kecil.  Tetapi tentu, di telinga anda bisa saja berbeda kesannya, dan bahkan jadi menyalahkan Robert, mengapa sampai tega memakai power sekelas ini di ruangan sekecil ini, sehingga ekspektasi untuk bisa menyimak suara yang tebal, jadi kurang dapat. Kalau ingat saat menjumpai FM Acoustic dari beberapa kali kunjungan ke pehobi audio, semuanya memang menempatkan power amplifier ini di sebuah ruangan berukuran besar. Speakernya pun besar. So, system tentu bisa leluasa bernafas.

PMC Fenestria, di ruang Robert yang sudah ditreatmen akustik

Selepas You Could be Mine, ingin rasanya dengar track lanjutannya, November Rain dan Estranged. Ini dua karya favorit kami bila bicara koleksi lagunya Guns & Rose. Tetapi Robert ternyata lebih suka untuk menawarkan album istimewa lainnya dari Metalica. Ini album langka yang baginya juga jadi kebanggaan, yang menurutnya menampilkan gaya khas Metalica di awal awal debutnya.

Coba saja dengar rekaman suaranya (di link di bawah ini). Coba kasih pendapatnya.

Bagaimana kesan anda? Di arena, rekaman ini dimainkan dengan  keras, tetapi saat kami dengar langsung, dia tetap control – tidak sampai harsh. Dan di smartphone  kami (Samsung Note 10+ dengan earphone Sennheiser CX 7.00tetap dengan permainan yang terkontrol. Dengan jarak dengar yang relative dekat  dan dipasang keras keras, yang menarik tampilannya tidak terasa tajam atau berisik. Walau separasinya sedikit kurang rapi.

Kesan ruangan memang terasa terlalu kecil untuk sistem seperti FM Acoustic dan speaker Fenestria ini, Tetapi ternyata Robert menyukainya. Dia seperti tengah menyukai sistemnya ini.   Ada memang, seperti pengakuan Robert, masa dimana dia pernah merasa jenuh bermain audio. Mungkin saking semangatnya. Tetapi kegairahan ini kini muncul kembali, seperti dengan mengundang kami datang dan menikmati suguhan koleksi vinylnya.

Power amp FM Acoustic, bekerja effortless mendrive Fenestria

Koleksinya memang terbilang tidak banyak, tetapi yang ada di ruangannya ini sudah  merupakan  pilihan terbaiknya. Beberapa  terbilang  Istimewa, seperti albumnya   Megadeth dan Metalica.

Mari kita jumpai  Robert yang di video ini  begitu semangat bercerita tentang koleksi vinylnya ini. Apa saja diantaranya, bisa anda ikuti video di atas ini.

Ini adalah video pertama dari dua video yang akan kami tayangkan yang merupakan hasil kunjungan kami tanggal 22 Juli 2024 lalu di kawasan Tangerang.

Ayo kita dengar paduan PMC Fact Fenestria dengan FM Acoustic dan Linn Sondek LP 12 di ruangan Robert dengan  memutar album vinylnya Metalica. Di video berikut, kami akan memutarkan satu lagu dari Gun & Roses, You Could be Mine.

Bagi anda bisa saja di rekaman ini kesannya tipis saja, dan kurang tampil gemuk, khususnya bila anda adalah seorang penyuka bass.Kami malah menyukai sisi tampilan untuk rekaman ini yang tampil beringas, punya pukulan dan attack.  Coba amati pukulan bass drum di awal lagu Metalica ini. Begitu bersih dan segar.  Genre music semacam metal ini memang mengharuskan system yang bisa bermain sigap, tetapi tetap punya control yang terjaga.

Foto kenangan, area home theater di ruang audio Robert. Kita tinggal memindahkan kursi ini (yang tak kami temui lagi saat kunjungan kami berikutnya), apakah mau dengar musik atau film.

Di sisi lain, diajak ngegas, Fenestria tak memperlihatkan kesan kolorasi tonal, bahkan memperlihatkan karakternya yang transparan.

 

Read Also

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *