Menikmati Suguhan Dimensi Suara di Serpong

Comment
X
Share
Share with your friends

Percayalah. apapun benda yang kita masukan ke dalam sebuah ruang stereo dirumah, pasti punya pengaruh terhadap kesan dengar kita, walau kebanyakan memang sulit kita rasakan. Banyak pehobi yang kian menyadari hal ini.

Jadi ingat dahulu bagaimana ransel yang saya bawa serta ke ruang audio seorang pehobi audio berat di Kawasan Tulodong Jakarta Selatan,  belum sampai satu menit duduk,  ransel itu dibawa tuan rumah keluar ruangan. Rupanya, dia percaya, hadirnya ransel itu bisa merecoki tatanan krakter suara ruangannya.  Wah, jika demikian, bolehkah kita sebut sistemnya kritis, dalam artian mudah terkesan lain saat ada unsur baru di ruangan?

Ingatan akan cerita keakustikan diatas  ini muncul kembali saat datang kembali ke ruangan Om Wendo. Ruang ini tidak besar, dan diisi oleh beberapa perangkat audio. Ternyata perangkat perangkat ini juga dimanfaatkan sebagai elemen akustik tersendiri, yang membuat pemiliknya tak merasa perlu menancapkan terlalu banyak panel akustik khusus.

Bareng teman, kami iajak menikmati  suguhan stereonya yang terdiri dari produk vintage seperti speaker Acoustc Research  TSW 210.  Disuguhinya lagu  Come Away With Me. Lalu dua rekaman dari negeri sendiri, salah satunya “Cukup” dari Ziva Magnolya dan tembang yang oke untuk mengintip system kita, Variety Playhouse, Atl dari Sara Bareliles.  Dan terakhir, dua lagu dari CD album Chesky HiFi Experience yang kami dapat dari galeri Audiophile’s. di track Three Little Birds, dan  dan Maria Mulata oleh Marta Cove.

Ruangan ini sudah sedikit mengalami perubahan, dimana banyak pemutar dan lain lain yang dulu ada di depan mata, kini tak ada.

Tak perlu waktunlama untuk sadar, untuk menatap yang lain di ruang ini. Di lagu pertama saja, kesan holografik muncul. Kali ini muncul lebih tegas dan langsung terasa pada not not awal, tidak seperti saat terakhir kami kesini, holografiknya muncul lebih lambat.

Suara holografik disini adalah kesan suara yang muncul di tengah belakang speaker, diantara apitan kedua speaker ini. Jadi tidak di tengah speaker seperti umumnya.  Ini adalah sebuah sensasi tersendiri Ketika kita  mendengarkan suara stereo. Tidak hanya karena posisinya di tengah belakang, tetapi ini memunculkan kesan  “tiga dimensi” secara sonic. Disini kami bisa ‘melihat’ posisi instrument dengan lebih jelas. Dan yang menarik, suaranya punya kedalaman dan bila jeli, dapat menangkap kesan layering panggung, hanya dengan dua speaker.

Ini merupakan buah dari tampilnya suara yang akurat, plus soundstaging dan imaging yang baik, didukung tentu oleh keakustikan ruang yang baik, dan rekaman yang berkualitas. Dengan tampilnya holografik, boleh dibilang sistemnyatelah menampilkan detil dengan akurat.

Bayangkan, dengan hanya dua speaker, tampilannya bisa berdimensi. Kita diajak menyimak sajian yang imersif. Seolah berada di studio rekamannya. Vokalisnya benar benar di depan kita yang terasa duduk di deret paling depan, dan seringkali membuat kita terjaga. Kita seperti masuk ke dalam music itu.  SEperti diistilahkan bung Ferry Efendi yang kebetulan ikut menyimak, dia bilang, saat mendengar permainan piano, kita seperti ada di depan elemen piano persis di depan kepala kita, saat penutup piano dibuka. Mudah bagi kita alam mengamati napas penyanyi, gesekan jari di senar gitar, atau gema halus di ruangan rekaman—yang mungkin di system lain terasa samar atau bahkan tak terlihat.

Tampilan holografik ini juga bagi kami terasa mempertontonkan sebuah transparansi suara, dimana kita jadi tahu seberapa baiknya sebuah rekaman dibuat.

Yang menarik, ruangan ini tidak banyak ditempeli aneka panel akustik. Panel panel akustiknya selain dinding yang dibuat seperti diffuser, dan beberapa bagian dinding yang dibuat sebagai penyerap, juga memanfaatkan bentuk permukaan perangkat, khususnya speaker.

Yang jelas, ini bukan pekerjaan mudah dalam menata keakustikan yang akhirnya memunculkan holografik. Perlu ketelatenan, menguji coba juga secara try error, didukung pengukuran, dan sudah tentu kemapanan telinga. Dan perlu waktu yang tidak sebentar tentu. Prinsipnya tentu seperti tulisan di atas,  apapun benda yang masuk ruang, mempengaruhi keakustikan ruang, dan ‘punya suara’ tersendiri.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *