Mari berbicara tentang layar untuk home theater. Komponen home cinema yang satu ini seringkali diabaikan oleh penikmat home cinema, mungkin karena sifatnya pasif, hanya menerima gambar. Padahal, bila kurang tepat memilih, bisa mempengaruhi kualitas gambar yang tampil yang tidak sesuai dengan resolusi maksimal proyektor. Untuk melihat bagaimana pengaruhnya layar terhadap proyektor yang digunakan, Auvindo bertemu Dominggo di kantornya, PT Jaya Lexcron Indonesia(JLI) pada awal Maret 2024 di Kawasan Mangga Dua raya, Jakarta. JLI ini memproduksi layar khusus untuk sajian video home theater bermerk Anylinx. Sesuai judul di atas, kami tertarik melihat beberapa jenis Layar Fixed Frame Screen yang setidaknya sedikit kami bedah melalui tulisan ini, kebetulan di JLI ada beberapa jenis layar Fixed Screen (Soft Pure White – ALR dan Lens optik(Laser Screen).
Ketika memasuki kantor JLI, terlihatlah beberapa panel layar kami lihat dalam kemasannya. Ada layar panel 100 inci, 120 inci, 180 inci dan 200 inci. Beberapa jenis material Fixed Frame Screen (Layar Cinema) yang ada di JLI, adalah :
*Soft Pure White (100/120/133/150/200/300inchi jenis 16:9)
*Soft Grey ALR ((100/145/180/200inchi jenis 16:9)
* Hard panel ALR Laser 4K screen (berteknologi lens optik) di 100/120 inchi, format 16:9
*Soft ALR Laser 4K Screen (teknologi lens optic), di 100/120inchi, format 16;9.
Ada jenis yang soft screen dan hard screen. Yang soft, bahannya lebih lembut/tidak keras. Layar seperti ini umumnya untuk layar listrik atau frame gambar. Kalau yang hard screen (disebut juga ALR screen), bahannya terasa lebih keras dan dia sifatnya memantulkan cahaya yang datang kepadanya. JLI juga punya layar di seri portable yang modelnya bisa turun naik sendiri dengan bantuan motor.
Auvindo diajak Dominggo ke sebuah ruangan berukuran sekitar 8 x 6 meter dimana ada beberapa layar terpasang. Sebagai pendukung, ada dua model projector Ultra HD – 4K disitu, bermerk Viewsonic dan LG, keduanya sama-sama ultra short throw(UST).
Setelah artikel ini, kami bersama Dominggo di tanggal 21 Maret 2024, bertandang ke PT Epson Indonesia, dan diajak ke salah satu area gedung yang bernama Epson Solution Center. Pada tanggal ini, kami menikmati layar Anylinx tetapi yang teknologinya sudah optik. Dipasangkan dengan proyektor Epson EH 800B yang merupakan proyektor 4K UST (Ultra Short Throw). Video rekaman tampilan (yang kami ambil memakai ponsel Sharp R80s Pro) seperti di bawah ini :(dari link https://youtu.be/ln6U5QCjrzs )
Kami diajak menonton singkat beberapa film di YouTube ‘yang diklaim’ punya resolusi 4K HDR 60 fps, misalnya film Spiderman 3, dan beberapa video 4k yang merupakan video demo gambar. Dominggo mengajak kami untuk membandingkan gambar film film ini bila memakai layar yang berbeda-beda tersebut, sekaligus ingin membandingkan dua model projector Ultra HD – 4K yang digunakan.
Membandingkan Layar dan Proyektor
Kami mulai membandingkan. Kesempatan membandingkannya memang sekitar 1-2 menit, dan memaksa kami hanya mengarahkan ke satu dua bagian dari gambar dan membandingkan saja bagian itu pada layar yang berbeda. Kita jadi membanding bandingkan fixed screen yang ALR projection dan soft screen. Yang ALR, jika kena cahaya, dia akan membalikan cahaya itu. Yang soft sifatnya tidak membalikan, tetapi cahaya itu tembus ke dalam. Kami lebih tertarik dengan yang memantulkan, seperti saat membandingkan gambar madu, gelembung air , bulu kucing – lebih terlihat lebih hidup dan detil. Warnanya lebih pekat(matang) dan seperti lebih timbul – apalagi saat menayangkan film Spiderman yang berresolusi 4K HDR 60 fps, memperlihatkan bagaimana warna merah di kostum si Spiderman terlihat cukup menyolok, kuat dan tegas. Begitu pun dalam hal kepekatan warna hitam (black level) saat scene berlatar gelap. Layar yang hard, lebih hitam pekat.
Singkat cerita, akhirnya layar yang paling oke dimata kami untuk proyektor ultra short throw 4K ini adalah yang ALR projection. Gambarnya lebih hidup ketimbang yang soft screen. Dan ternyata layar seperti ini menurut Dominggo memang didesain untuk proyektor laser 4K. Terlihat bagaimana gambar dengan resolusi 4K lebih terlihat keluar kandungannya. Ini tentu memperbesar efek tonton kami. Jadi terbayang, bagaimana orang memanfaatkan tembok putih sebagai layar menonton, tentu sangat kurang maksimal.
Sempat juga terpikirkan Auvindo, bagaimana kini sudah waktunya orang di rumah menonton siaran TV dan menonton film, main game atau lainnya yang biasanya memakai T
V, juga (kalau tidak mau dikatakan : mengganti) memakai proyektor. Ini karena proyektor punya sejumlah kelebihan. Pertama, dengan budget yang relatif lebi
h rendah, kita sudah bisa menikmati gambar yang lebih besar, hingga 100 -120 inci bahkan lebih. Kedua, jika anda setuju – gambar dari layar lebih alami dan tidak melelahkan mata. Belum lagi kepada jumlah penonton yang lebih banyak diraup dengan efek tonton gambar yang kurang lebih sama, di titik mana pun kita duduk.
Tetapi, tentu tak sembarang layar, karena spesifikasi layar berbeda, beda juga kualitasnya dalam menampilkan gambar dari proyektor. Kalau dahulu, anda mungkin kurang peduli dengan layar, bahkan menganggap memakai tembok, ya ternyata tidak juga. Baiknya anda ubah persepsi ini.
Maka jelaslah, dalam memilih layar, kita harus perhatikan mana yang paling pas untuk proyektor kita. Hal menarik lain, layar-layar Anylinx ini tidaklah mahal, Harganya jauh lebih murah dibandingkan layar layar bermerk terkenal di pasaran. Bagaimana beda gambarnya, kami memang belum membandingkan apple to apple. Yang jelas, setelah di demokan untuk seharganya ini – price over performance ratio model-modelnya Anylinx terbilang mengesankan.