Bila Suhardi Membuat Sendiri Home Theaternya (2)

Comment
X
Share
Share with your friends

Mensinergikan Woofer Speaker Dengan Subwoofer

Ada saja ruang yang masih menantang walaupun home cinema kita sudah jadi sekalipun. Seperti saat Suhardi tertantang untuk menambahkan speaker dan subwoofer di multichannelnya. Suara yang sudah memuaskannya, dapatkah kian memuaskan lagi telinganya? Bertanya dalam hati, bila saya tambahkan speaker surround dan subwoofer, akankah kian bisa membuat saya terpesona? Jadi ya mengapa tidak dicoba ? Bukankah sebelumnya speaker speaker dan subwoofer yang ada di ruangan ini dia yang buat?

Mulailah dia rencanakan. Bukan menambah speaker depan yang 15 inch itu, atau speaker belakang yang 12 inch, melainkan tambah Subwoofer. Bagaimana kalau ditambah 2 lagi, jadi totalnya ada 4? Kalau kesampaian nantinya, maka dari 7.4.4 channel(7 speaker bed layer, 4 subwoofer dan 4  speaker Atmos), dia jadi   main di 9.4.4. Ya, suaru hari nanti dia ingin mencoba bagaimana kalau tambah subwoofer agar tampilan lebih imersif. Untuk itu dia telah mempersiapkan ke 7.4.4 dengan menyiapkan lubang lubang di panel.

“ Ini lubangnya sudah saya persiapkan untuk upgrade nanti. Bisa jadi suatu saat akan nambah 2 subwoofer lagi supaya lebih smooth”Kata Suhardi.

Lubang untuk speaker front wide 12 inci di kiri dan kanan agar nantinya sound sistemnya main dengan 4 subwoofer

“Lubang ini saya buat untuk next upgrade ke 9 bed layer. Pernah juga sih terpikir untuk menambah 2 subwoofer  lagi di tengah-tengah layar. Baru kepikiran saja, hehe”kata Suhardi.

Ini tentu bukan pekerjaan gampang, bila memang yang dikejar utamanya adalah kualitas suara yang tetap terjaga baik, bahkan kian bisa melibatkan saat menonton. Salah satu tantangannya, bagaimana  mensinergikan woofer dari speaker dengan woofernya subwoofer subwoofer ini agar tampilannya sekoheren mungkin. Apalagi dua speaker yang digunakan agak berbeda. Satunya berkonus  dan satunya lagi yang professional tanpa konus. Sebuah karakter yang berbeda tentu.

Woofer dan rancangan boks subwoofer

Bagaimana Suhardi melakukannya? Dia lakukan kalibrasi dan melakukan pengukuran dengan mikrofon dengan posisi mikrofon yang menurutnya sudah seakurat mungkin. Tentunya dia sangat mengenal speaker dan subwoofernya ini. Mengapa? Karena dia sendiri yang membuatnya.  Kenapa Suhardi repot repot membuat sendiri speakernya dan tidak membeli saja, karena penulis yakin dia pasti mampu membelinya.

Rancangan boks subwoofer yang dibuat Suhardi

Nah, ini satu hal menarik. Ternyata  Suhardi jadi merasa ingin membuat sendiri speaker dan subwoofernya karena dia menjumpai ketidakpuasan dengan speaker di pasaran yang pernah dia dengar. Salah satunya, banyak yang karakternya terlalu sopan untuk home theatre. Kurang bisa diajak main galak. Dia merasakan kebutuhan untuk mendapatkan speaker dan subwoofer yang tegas dan tidak boomy, dimana dia bisa merasakan not not dari instrument misalnya, terasakan indah sekali.

Dia menjumpai speaker speaker  home yang ada di pasaran kini berada dalam dua kubu. Di satu kubu, membuat speaker yang bila sedang bermain keras, kita pegang boksnya – boks ini kita rasakan getarannya/bergetar dan berresonansi Tetapi di kubu lain, membuat boks speakernya rigid/mati dan kita tak merasakan bergetar saat memainkan lagu dengan keras. Keduanya juga punya beda di keharomikannya.  Dia menyebut contoh contoh dari speaker di kubu-kubu ini, dan untuk kubu resonansi dia berpendapat suaranya rata-rata lebih warm. Sedangkan di kubu rigid, suaranya rata-rata lebih bening dan bersih.

Koherensi Woofer Sub dan Speaker

Kembali ke soal mensinergikan woofer speaker dengan woofer subwoofer, Menurut teorinya, bila kita intin menyatukan woofer dari keduanya ini, maka hal yang perlu diperhatikan adalah bidang frekuensi (frequency range). Dengan subwoofer ini, kita akan dapatkan lebih banyak frekuensi bass rendah dibandingkan yang dapat dihasilkan oleh speaker atau soundbar. Secara teknis, woofer dari speaker dapat menghasilkan suara pada frekuensi 40 Hz hingga 2.500 Hz. Ketika kita melihat subwoofer, mereka dapat menghasilkan suara pada rentang frekuensi yang jauh lebih rendah. Faktanya, jangkauannya hanya 0 Hz hingga 200 Hz. Ada yang mengatakan bahwa speaker utama (speaker depan) home cinema hanya menerima frekuensi di atas frekuensi yang dihasilkan subwoofer dalam hal membuat suara dari woofer speaker dan subwoofer bisa koheren.

Suhardi sempat bercerita bagaimana dia untuk speakernya  di cut-off kira-kira di 90hz lalu dari subwoofernya di cut-off kira-kira dari 35 Hz  ke 120 Hz.  Pilihan seperti ini dia lakukan setelah mengingat bagaimana ruangannya banyak memiliki unsur berperedam sehingga  bassnya punya kecenderungan yang rendah.

DS Speaker

Salah satu cerita menarik darinya adalah kala dia menyinggung soal alat bernama DS Speaker,  yang dikatakannya bisa mengatur frekuensi suara speaker, seperti ke arah flat, atau  bermain di frekuensi tertentu. Ini adalah  sejenis alat yang ada ekualisernya dan dapat mempermudah kita dalam melakukukan setting tata suara stereo atau home cinema.

“Tinggal  pencet tombol saja”Kata Suhardi.

Bicara pencet-memencet ini, menurutnya ada beberapa tombol atau ‘pencetan’ sepeti untuk yang mulai bermain di 25 Hz, 35 Hz flat dan bisa untuk full range dipole 6 dB octaf. Kita dapat membuatnya seperti open bafel dengan menekan 3x alat ini, jadi open bafel plus 6 db.

“Alat ini sangat membantu saya  untuk mempermudah peralihan antara bass akurat buat musik dan bass besar untuk film”katanya. Jadi inilah alat yang dia gunakan untuk mensinergikan woofer woofer speaker dan subwoofer tadi.

Ini barulah satu cara dan alat. Tentu Suhardi juga melakukan car acara tambahan untuk kian mendukung sinergi antar keduanya. Dengan tampilnya bass yang koherensi antar keduanya, kami rasakan tampilan bass yang tidak saja mulus, tak berbuntut, tetapi juga solid, tampil deep saat adegan yang mengekspose ledakan, tetapi tetap dalam alur yang alami.

 

Menurut Suhardy, memang untuk menyatukan subwoofer konus bulat dan konus rata tidaklah  mudah,

“Harus trial error dikarenakan sub konus bulat suaranya lebih pelan dan lebih banyak main di nada rendah, sedangkan konus rata kecepatanya sangat tinggi dan bermain dari level mid low ke low, walaupun berbeda jenis karakternya tetapi masih bisa disinergikan”kata Suhardi.

Suhardi sempat bercerita bagaimana awalnya pada saat kedua subwoofer yang berbeda tersebut dimainkan, terdapat perbedaan speed dan low yang tidak seimbang, sehingga port (lubang angin) box sub yang konus bulat itu harus diubah ukurannya dan di  tunning lagi sampai menemukan titik tepat koherensinya sehingga kedua subwoofer tersebut seimbang dan dapat berjalan beriringan tanpa saling meng-canceling atau mendominasi.

 

“Biasanya untuk sub 18 inch dipakai port yang besar, tetapi kali ini berbeda, utuk tuning yang menantang ini saya menyatukan dua sub yang berbeda, dimana digunakan port yang kecil 5 cm untuk sub bulat saat saya ingin mencari speed yang lebih cepat dan tight”kata Suhardi.  Dari sini dia lalu melanjutkan dengan settingan dari speaker, dimana sampai sini sudah terciptalah 2 subwoofer yang serasi beriringan  dan saling melengkapi satu sama lainya.

Disini memang kami rasakan bagaimana bass tampil dengan  akurat, tight dan bila kita gambarkan dengan Bahasa sehari-hari, tampilannya ‘pulen’ dengan reverb alami antara not per not

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *