Beberapa hal menarik kami temukan saat berbincang dengan Indra Santoso, inventor sekaligus pionir Kabelsetan—penemu kabel presisi yang meriset untuk memaksimalkan respons dan potensi perangkat kelistrikan. Indra kami jumpai di awal September 2025 di Jakarta. Auvindo diajak ngobrol dan sempat meninjau private labs bernama VRlabs, tempat ia mengembangkan kabel audio dan perangkat audio.
Indra datang dari bidang teknologi racing engineering, baik motor maupun mobil, dan khususnya audio engineering. Di dunia audio, ia kemudian kembali bertemu dengan rekan akrabnya, Teguh, yang kelak banyak berperan sebagai penunjuk arah dalam perjalanan riset audio.
.

Awal Perjalanan
“Saya seorang pianis dan violinis yang dari kecil dididik keras oleh bokap. Beliau melihat saya punya bakat sekaligus tahan menjalani latihan keras demi ikut kejuaraan musik. Sejak kecil telinga saya ditempa bukan hanya untuk detail suara, tapi juga untuk menangkap rasa dalam bermusik,” kata Indra.
Indra kecil sudah senang bermain dengan audio, dan gairah itu tetap utuh hingga akhirnya terbawa dalam riset pengembangan kelistrikan motor. Saat itu, ia menggunakan audio sebagai alat ukur dengan telinga sebagai instrumen utama untuk menangkap detail. Kini, fokusnya kembali diarahkan dari audio untuk audio—sebuah perjalanan mencari kepuasan yang sama, yang kini bisa ia bagikan juga bagi orang lain.
“Melalui telinga sebagai instrumen utama, saya dapat merasakan perubahan spektrum suara lebih jelas daripada sekadar angka di alat ukur. Dari apa yang saya dengar, saya konversi ke reaksi di mesin. Kenapa begitu? Karena riset di mesin tidak pernah stabil. Mesin terpengaruh suhu, kondisi luar, dan banyak faktor dinamis,” katanya.

Kini, musik dan mesin berpadu secara natural. Insting musikalnya bertemu dengan pengalaman teknis dalam sebuah playback murni yang mampu menyajikan sampai dengan parameter terkecil.
Routing dan Kabel
Indra pun berkisah bagaimana ia merancang kabel dan amplifier. Dia mengedepankan semacam ‘ketertiban’ dalam mengalirkan (routing) sinyal. Ketertiban ini diutamakannya agar sinyal masuk penuh dan agar risiko sinyal cacat akibat short ke ground diminimalkan.
“Routing arus listrik adalah fondasi. Dalam sistem audio ada arus konstan, arus berdetak, arus resirkulasi, bahkan noise. Kalau semua bercampur, hasilnya berantakan. Routing yang benar akan menata semuanya, membuat detail tetap utuh,” kata Indra.

Hasil akan maksimal apabila semua sistem bekerja optimal, termasuk sinergi antar sistem hingga posisi pertemuan ground dan sinyal referensi dengan arus yang lebih besar. Karena sinyal referensi mudah cacat dan kehilangan fokus bila tidak ditata dengan benar. Dari riset inilah ia menemukan banyak lompatan, termasuk dampak kabel listrik 220V pada audio. Baginya, semua proses—gagal maupun sukses—punya nilai yang sama, hanya sebatas ukuran. Stabilitas adalah indikasi pasti untuk melangkah naik.
Contoh yang ia berikan adalah arus pada kabel RCA. Bila dirancang dengan kategori teknis sesuai sumber—dari milivolt hingga 5 volt—maka pemilihan ukuran yang tepat sangat menentukan kualitas sinyal di ujung kabel. Semua ini hanya bahasan umum menuju titik optimal.
Inilah yang kemudian membuatnya menambahkan rancangan khusus di setiap ujung kabel. Tujuannya jelas: setelah perjalanan panjang, arus harus kembali optimal sebelum masuk ke perangkat berikutnya.
“Saya tidak mau ada energi yang hilang hanya karena pintunya sempit. Kalau kabel adalah jalan, maka ujungnya adalah pintu masuk. Pintu itu harus dibuka selebar mungkin agar energi tidak tertahan,” katanya.
Anti Kapasitor Bank
Indra juga membangun amplifier stereo di VRlabs, dan menariknya, ia tidak pernah memakai kapasitor bank.
“Saya sudah lakukan banyak riset khusus untuk kapasitor. Logika bodoh saya berkata: rasanya oli yang dikasih listrik dengan temperatur dan beban yang dinamis membuat spektrum suara tidak bisa konstan. Ditambah lagi umurnya relatif pendek. Dari sini ada beberapa alasan penting kenapa saya malas memakai kapasitor—kecuali kalau benar-benar kepepet. Karena tidak belajar teori elektronik formal, saya ikuti insting. Konsekuensinya besar—segudang percobaan berikut parts elektronik rusak dalam eksperimen. Tapi semua itu saya jalani demi memenuhi unsur musikal pada speaker. Hasilnya sepadan: sistem jadi punya respons murni, cepat, linier, dan lebih dekat ke listrik itu sendiri, tanpa bergantung pada tambalan energi buatan”.
Vertical Supply Response
Ada satu prinsip yang selalu Indra pegang, baik di mesin maupun audio, yakni timing adalah segalanya. Di mesin, timing percikan api dari koil menentukan apakah tenaga keluar maksimal atau hilang percuma. Sedikit saja meleset, performa mesin langsung jatuh.
Hal yang sama berlaku di audio. Menurutnya, driver speaker juga menggunakan koil. Kalau timing arus tidak presisi, suara akan kehilangan clarity, fokus melemah, dan dinamika kontras lenyap. Inilah alasan mengapa kedua dunia ini saling mengisi. Mesin mengajarkan arti presisi, sedangkan audio memberi ruang stabil untuk menguji presisi itu.
Terus Bergelimang Kabel
Indra belakangan ini lebih serius lagi bereksperimen tentang kabel. Salah satu ceritanya adalah bagaimana dia membangun bengkel balap Tekno Tuner dan di 2015 mulai intens mendisain kabel yang kemudian dikenal sebagai Kabelsetan. Kabel yang ia rancang bertujuan menyampaikan arus negatif lebih cepat dan instan dengan metode reservoir.
Ia terus melakukan riset, sempat berhenti karena mentok, lalu terjun di dunia balap mobil. Di sana ia dipercaya membantu di ajang balap Asia dan Nasional, khususnya di bagian wiring. Dari pengalaman itu ia makin paham bagaimana kabel berperan dalam performa mesin.
Menurut pengamatannya, banyak orang membangun sistem audio dari komponen campuran. Amplifier dari satu merek, kabel dari toko lain, speaker dari merek berbeda. Masalahnya, total impedansi jadi liar. Kalau impedansi tidak seimbang, sistem bekerja jauh dari titik efisien. Dampaknya jelas: respons frekuensi bolong-bolong, dinamika kontras melemah, dan clarity hilang.
“Itu sebabnya saya percaya: sistem optimal hanya bisa dicapai bila dirancang sebagai satu kesatuan dari awal sampai speaker,” katanya.
Tantangan Terberat
Kami tanyakan, apa tantangan terberat dalam melakukan riset audio. Menurutnya, hal tersulit adalah bagaimana menjaga telinga tetap nyaman meski musik diputar keras—sementara semua parameter suara juga tetap optimal saat digebrak pada volume tinggi.
“Saya ingin membuktikan bahwa musik sejati harus bisa dinikmati pada volume tinggi tanpa kehilangan kenyamanan. Keras tapi tetap tenang. Detail keluar, tetapi kuping tidak tersiksa. Inilah garis tipis yang memisahkan sistem biasa dengan sistem yang benar-benar optimal,” katanya.
Bertemu (Lagi) dengan Teguh
Salah satu catatan menarik bagi Indra adalah saat risetnya mengalami jalan buntu. Membuat rancangan yang optimal itu tidak mudah, sampai kemudian ia bertemu lagi dengan sahabatnya, Teguh.
Ia perlihatkan hasil risetnya—murni, tanpa referensi luar. Teguh tertarik. Menurutnya, suara yang keluar seperti mencapai atmosfer berbeda.
Sejak itulah Teguh memilih berjalan bersama Indra. Teguh berperan bukan di dunia mesin, melainkan sebagai pendengar kritis dengan pengalaman telinga yang luas. Prinsip musikal Indra dipadukan dengan kepekaan telinga Teguh membuat riset ini melompat jauh. “Sampai hari ini, kami sama-sama merasakan: kepuasan sudah ada di titik optimal,” kata Indra.
Perbedaan Kepuasan
Di penghujung obrolan, sebelum kami pamit, sempat berbincang tentang kenikmatan dalam bermusik. Menikmati musik dan penikmat audio itu adalah dua hal berbeda. Seorang penikmat musik biasanya mencari volume yang lebih tinggi, dengan respon suara yang berimbang dengan ritme aslinya. Mereka ingin hentakan, tempo, dan kontras musik hadir penuh—setegak lurus mungkin dengan apa yang dimainkan musisi.
Seorang penikmat audio seringkali puas pada detail halus dengan volume yang relatif lebih rendah. Mereka menikmati nuansa, tapi tidak selalu menuntut hentakan asli musik yang sesungguhnya.
“Saya sendiri, sebagai pemusik yang pernah terlibat di panggung besar sampai orchestra, punya ukuran yang berbeda lagi. Saya baru merasa puas bila sistem bisa menghadirkan aksen suara yang jelas, dengan dinamika kontras yang responsif. Itu yang membuat musik terasa hidup, punya jiwa, dan menghadirkan pengalaman seperti di panggung asli,” kata Indra.
Ada semacam stigma bahwa orang main audio itu nggak ada habis atau puasnya. Setuju kah?
“Nah, ini justru yang ingin saya patahkan. Karena ketika jangkauan frekuensi sudah optimal, sektor dinamik juga sudah memuaskan, ditambah telinga tidak merasa lelah—bahkan kita merasa dekat dan terlibat dengan musik yang dimainkan di level aslinya—maka audio sebenarnya sudah mencapai ujungnya. Saya yakin, hanya segelintir orang yang terus mencari, sementara sebagian besar sebetulnya sudah bisa menemukan titik optimal itu. Karena saya sendiri pun berangkat dari rasa ketidakpuasan”kata Indra.
Tim di Balik VRlabs
Perjalanan panjang VRlabs tidak Indra jalani sendirian. Ada tim kecil yang tumbuh dewasa bersama, jatuh bangun bersama, dan tetap setia di meja riset dengan ketulusan. Ada Agus Pambudi – sahabat sejak 2003, co-founder Tekno Tuner. Bersama Indra, ia membentuk fondasi awal perjalanan riset mesin dan kabel. Ada juga Adi – hadir saat semua orang pergi, saksi lahirnya inovasi Kabelsetan. Kini menjabat Kepala Produksi Kabelsetan dan menjadi salah satu motor keberlangsungan riset di VRlabs.
Personel lain, Badi – bergabung 2 tahun lalu, rela meninggalkan proyek lamanya karena kagum pada kemampuan Kabelsetan menghapus asap dan bau di uji coba truk. Kini menjadi bagian penting dalam tim VRlabs.
Dan tak lupa, Teguh – sahabat lama yang kembali hadir di dunia audio. Tidak terlibat di wiring otomotif, tetapi memberi kontribusi besar melalui pendengarannya yang tajam dan pengalamannya di audio, menjadi penunjuk arah dalam riset audio Indra.
Penutup
Bagi Indra, kepuasan yang dulu hanya mimpi kini menjadi kenyataan lewat VRlabs. Semua lahir dari riset lebih dari sepuluh tahun, pengulangan tanpa henti, dan hadirnya orang-orang yang setia di meja riset.
Dedikasi, totalitas, pengalaman, dan pengorbanan pun terkonversi menjadi insting—keberanian mengulang hingga setiap reaksi terurai sempurna. Apa yang tampak berat bahkan gila dari luar, baginya hanyalah cara semesta menempa. Di setiap proses selalu ada hadiah berupa semangat yang luar biasa. Makin ke sini, perjalanan bukan sekadar perjuangan, tetapi makin asik dijalani.
“Jangan takut terlihat gila, karena di situlah kadang letak hadiah terbesar dari semesta.”

“Jangan takut terlihat gila, karena di situlah kadang letak hadiah terbesar dari semesta.”