HiSense lebih suka menyebutnya sebagai laser display ketimbang proyektor. Kami jumpai laser display (LD) ini di Cinema at Home, yang berada di kawasan Mangga Dua, Jakarta. Tak mengapalah karena tokh maksudnya ini adalah sebuah proyektor berteknologi laser untuk menayangkan gambar (mendisplay) pada sebuah layar. Teknologi yang digunakannya adalah Cahaya Reflektif (Laser UST). Dia memakai proyeksi cahaya reflektif, bukan cahaya langsung seperti TV atau monitor. Cahaya yang dipantulkan dari layar proyeksi ini dikatakan lebih lembut untuk mata, mengurangi ketegangan mata dibandingkan layar yang memancarkan cahaya langsung. Dan satu lagi kabarnya, dia ini diklaim HiSense bisa dipakai sebagai alternatif untuk menggantikan sebuah layar videotron.
Mari bicara satu persatu tentangnya dan bagaimana kesan kami akan sosok desainnya, gambarnya juga suaranya. C2 Ultra sudah bermain di 4K. Didesain untuk menayangkan gambar film (home cinema), bermain game seperti Xbox dan untuk fungsi lain seperti karaoke, dan bukan tidak mungkin juga untuk presentasi. Namanya, C2 Ultra.
Auvindo amati, desain C2 Ultra ini memang tak seperti proyektor pada umumnya yang rata rata berbentuk persegi panjang. Dia mengambil bentuk kotak tetapi dengan sisi sisi oval. Sisi bawahnya dilengkapi base bundar dengan penyangga di kiri kanan bodynya. Base ini dapat berputar, membuat proyektor bisa memutar ke kiri dan ke kanan serta dapat mendongak ke atas, membuat lensanya bisa diarahkan ke ceiling ruangan. Maka kitab isa memanfaatkan ceiling(dinding atas) sebagai layar, bila ingin menonton sambil rebahan diatas tempat tidur misalnya Inilah hal menarik pertama yang kami jumpai.
Hal menarik kedua, dia bisa memproyeksikan gambar ke layar yang besarnya dari 65 inci hingga 300 inch. Andai saja di rumah kita punya layar sebesar itu, atau tembok putih seluas itu. Sekedar info, untuk 300 inci berarti Panjang diagonalnya 7.6 meter. Sedangkan lebarnya mencapai 6.64 meter dan tingginya 3.74 meter. Bayangkan sebesar apa gambar yang bisa dihasilkannya. Ini tentu membuat proyektor kian direkomendasikan.
Hal menarik ketiga, kami lihat ada emblem logo IMAX di bawah lensa. Wah, ingatan kita Ketika membaca IMAX tentu sebuah gambar yang sangat immersif. Sangat besar ukurannya, karena mengingatkan akan Theater Imax. Imax yang seperti apa ya yang bersi C2 Ultra ini? Bahasan tentang poin ini baiknya akan Auvindo bahas dalam lanjutan bahasan tentang C2 Ultra di artikel berikutnya.
Tak Perlu Bersusah Menyesuaikan dengan Layar
Tiga hal diatas cukup membuat kami kagum dengan pandangan pertama ini. Terlebih ketika baru saja memasang layar, lalu menghidupkan C2 Ultra, laser display ini otomatis mendeteksi keberadaan layar dan secara otomatis mengepaskan tayangannya ke layar, jadi kita tak perlu bersusah susah menggerak-gerakkan lensa display untuk mengepaskan.
Setelah tepat sasaran bidikan gambar, kita tinggal kita memilih mau menayangkan apa. Nah, jadinya kami melihat terminal belakangnya, ada apa saja koneksinya. Disitu ada port HDMI, jadi kita bisa tayangkan gambar dari komputer(PC/Laptop) atau pemutar video (Blu-ray/DVD), console game(PS5, Xbox series X, Nintendo Switch misalnya) atau untuk siaran TV dari sebuah set top box (TV kabel atau satelit). Kalaupun mau dari sumber penyimpanan berbasis USB (file foto, video dan music) juga oke.
Anda tentu punya internet di rumah. Pakai saja internet sebagai salah satu pilihan sumber film atau musik.. C2 Ultra mendukung koneksi Wi-Fi dan bisa menjalankan berbagai aplikasi streaming langsung dari proyektor, seperti:Netflix, YouTube, Disney+, Prime Video, Apple TV+ dan lain lain. Tak kalah menarik, bila anda familiar dengan yang namanya mirroring dari perangkat lain, bisa gunakan AirPlay atau Miracast. Konten dari ponsel atau tablet dengan Miracast tadi. Atau dengan Chromecast(disini tergantung OS apa yang kita gunakan). Beberapa proyektor HiSense kami ketahui berbasis sistem operasi Android TV, sehingga bisa menginstal aplikasi tambahan langsung di dalamnya.
Sumber Audio, Darimana Saja?
Mumpung bicara koneksi dari terminalnya, bagaimana kini kalau untuk urusan audio? C2 Ultra dapat mengeluarkan suara ke speaker luar, baik melalui kabel atau jalur nirkabel(Bluetooth). Ini kalaupun anda ingin suara yang lebih dahsyat lagi, walau C2 Ultra sendiri juga sudah punya sound system di dalamnya. Dan kami jumpai suara dari C2 Ultra sendiri cukup kencang dan tebal untuk ukuran tata suara dari sebuah laser display(proyektor).
Inilah poin menariknya bila kita bicara soal koneksi dari berbagai sumber, baik dari perangkat eksternal (HDMI, USB), internet (Wi-Fi & aplikasi streaming), maupun screen mirroring dari ponsel dan laptop. Faktor koneksi tentu jadi salah satu pertimbangan anda bila membeli proyektor. Ini demi menjawab pertanyaan dalam hati, “Proyektor ini bisa apa saja?”.
Mari Mengujinya
Terus terang saja, karena kunjungan kami dadakan, kami belum menyiapkan perangkat sumber yang paling mumpuni untuk menguji C2 Ultra ini, yakni dengan pemutar Blu-ray dan film 4K. Untuk sementara ini, kami pakai saja sumber dari YouTube dengan pilihan video yang gambarnya ‘dikatakan’ sudah 4K. Tentu saja kita tak bisa setarakan kualitas film 4K YouTube dengan 4K dari film 4K di player (dan proyektor,layar, kabel) 4K. Tetapi gambar 4K YouTube sudah terbilang bagus, termasuk ketika kami tayangkan melalui C2 Ultra dengan memakai beberapa model layar merk Anylinx yang sudah berspesifikasi 4K.
Resolusinya memang terasa stunning, kadang terasa seperti tak ada bedanya dengan resolusi 1080p, khususnya di layar sebesar ini. Ya, label 4K di YouTube (3840 x 2160) sebenarnya bukan 4K seperti bila kita putar video 4K di player 4K. Ini karena Youtube melakukan kompresi dengan codec yang disebut dengan VP9 (atau AV1 di beberapa video), dimana video itu dikompres untuk menghemat bandwidth dan storage. Kompresi ini akan mengakibatkan detil (tekstur) tidak setajam aslinya. Juga kadang ada artefak dan blurring khususnya di gerakan cepat. Ini bisa kami deteksi melalui C2 Ultra ini.
Secara teori, kompresi gambar bisa mengakibatkan efek ghosting atau pixelation. Kompresi ini juga akan mengakibatkan bitrate yang lebih rendah. Ini karena 4K versi YouTube memakai bitrate lebih rendah dibandingkan 4K-nya Blu-ray( yang YouTube bisa ssaja memakai di kisaran 15-30 Mbps, sementasra Blu-ray UHD bisa diatas 100 Mbps).
Maka kami tidak heran, bila melihat 4K di YouTube ini walau menawan di mata, tidaklah setajam atau sekualitas seeperti 4K birate tinggi atau non kompresi dari Blu-ray . Dan C2 Ultra dapat ‘memberitahukan’ kepada mata kita soal itu. Kapan kapan, kami ingin melihat sajian C2 Ultra tetapi dengan pemutar Bluray 4K. Bahasan tentang ini, mari kita agendakan untuk kita bahas secara terpisah di artikel mendatang.
Di gambar menariknya, dia punya warna yang hidup dan akurat. Kejernihan gambar pun terlihat.. Kami yakin, inilah buah dari teknologi laser triple Trichroma, yang mengkaver 110% dari BT 2020 color gamut. Brightnessnya yang mencapai 3000 Ansi Lumen. Untuk menampilkan gambar bergerak cepat, dia punya handling gerakannya termasuk smooth.
Proyektornya Gamer
Walau tidak mencobanya dengan bermain, kami terpaku pada spesifikasi dan fitur yang membuat HiSense cukup pede mengatakan bahwa proyektor ini juga untuk gaming. Salah satunya karena dia mendukung Refresh Rate yang tinggi (120Hz). Refresh rate yang tinggi kita ketahui punya pengaruh langsung terhadap animasi dan pergerakan game yang terlihat lebih mulus dibandingkan proyektor biasa(yang biasanya hanya main di 60Hz). Selain itu, dia punya input lag yang rendah(Low Latency). Artinya, kalaupun game yang kita mainkan termasuk game game kencang dan butuh akurasi tinggi, pada C2 Ultra gerakannya dijamin mulus, tanpa blur, bahkan pada kecepatan refresh hingga 240 frame per detik sekalipun. Dijamin lancar tanpa jeda. Input lag yang rendah itu penting agar respon tombol pada kontroler langsung terasa di layar tanpa delay.
Game game cepat itu seperti apa? Bisa kita sebut misalnya FPS (Call of Duty, Battlefield), racing (Forza Horizon, Gran Turismo), dan game olahraga (FIFA, NBA 2K). Game game ini membutuhkan akurasi yang tinggi.
Suara C2 Ultra
Selain logo sertifikasi IMAX, ada lagi logo lain yang menempel di bodi C2 Ultra, yakni logo JBL. Tahu dong kira-kira, ini maknanya apa. Jadinya, bikin kami langsung ingin mencoba seberapa heboh suaranya. Ternyata HiSense telah berpikir serius juga di suara, khususnya tentu untuk mereka yang begitu beli, masih belum punya tata suara eksternal (entah soundbar, speaker aktif atau system surround lengkap).
Kami putar soundtrack film Mission Impossible khususnya yang mengekspose bass, dan kami naikkan volume. Kami simak, suara bass dan mid high ini keluar dari base C2 Ultra tadi. Suara keluar melalui dua driver 10 Watt dan ada dukungan bass yang diperoleh dari sebuah subwoofer 20 Watt. Jadinya, sistem audio integratednya bemain di 2.1 channel. Subwoofenya aktif, digerakkan oleh power 40 Watt.
Ternyata dugaan kami benar kemudian setelah melihat logo tadi. Dalam hal suara, tampilannya terasa tebal, dalam tetapi jernih – tidak butek. Tentu saja untuk ukuran suara sebuah proyektor. Beberapa proyektor sekelasnya yang pernah kami simak (dari Epson, LG dan Viewsonic) bassnya tidak setebal dan sebulat ini.
Itu dari sisi kedinamikaannya. Di sisi kelebaran(kesan imersif) suara, disini ada dukungan DTS Virtual X yang menampilkan suara 3 dimensi. Tak mudah menangkap adanya kesan dimensi suara sampai mengarah 3 dimensi bagi kami. Kesannya hanya suaranya lebih melebar ketimbang focus. Yang ini kurang menarik bagi kami bila dibandingkan dengan kemampuan C2 Ultra dalam hal kekompatibilitasnannya dengan format Dolby Audio dan DTS-HD. Sayangnya, dia belum didukung dengan Dolby Atmos. Mungkin lumrah untuk harga sedemikian. Saran kami, akan lebih baik memakai sound system eksternal.
Ada balutan fitur Dolby Atmos dan DTS Virtual X. Dengan Dolby Atmos, terasakan suaranya yang lebar dan terkesan imersif (terkesan datang dari berbagai arah). Dengan DTS Virtual X, lebih terasa di suara surround virtual(efek 3D)nya tanpa memakai perangkat tambahan. Nah bagaimana suaranya, kami sempat rekamkan. Tentu saja untuk merasakan langsung bagaimana suaranya, perlu mengunjungi langsung laser display ini di Cinema at Home.
Bicara Kelelahan Menonton
Bagaimana bila kita menonton berlama-lama dengan C2 Ultra. Apakah dia punya kecenderungan melelahkan mata, misalnya setelah 1-2 jam kita menonton film? Nah, di point ini Auvindo belum mengujinya, karena memang untuk membuktikannya kita perlu menonton 1-2 film secara monoton. Tetapi secara teori, bolehlah menduga, tidak akan mengalami kelelahan menonton (asal filmnya menarik dan kontennya membuat kita terus penasaran akan ceritanya tentu ya). Proyektor ini mendukung gamut warna BT.2020 110%, yang berarti mampu menghasilkan spektrum warna lebih luas dan lebih akurat, membuat setiap detail tampak lebih hidup. Kecerahan proyektor ini mencapai 3000 ANSI lumens, sehingga gambar tetap terlihat jelas dan cerah meskipun digunakan di ruangan yang terang.
Melihat gambar dari sebuah projector, bila projector itu kurang dilengkapi fitur untuk kenyamanan tonton, tentu akan lekas membuat mata kelelahan. Sekedar berbagi tips, ada cara agar kita bisa lebih lama menonton baik dari TV atau projector, diantaranya adalah sebagai berikut.
- Gunakan layar proyeksi yang kualitasnya baik agar cahaya lebih merata.
- Jaga jarak tonton sesuai ukuran layar (misalnya, untuk 100 inci, jarak ideal sekitar 3-4 meter).
- Gunakan mode yang bisa mengurangi efek cahaya biru, jika tersedia.
- Ambil jeda setiap 1-2 jam untuk mengistirahatkan mata.
Saat kepo, ingin tahu seberapa tinggi perhatian HiSense akan kenyaman tonton ini, kami menjumpai beberapa hal disini, dimana HiSense mengklaim tidak ada cahaya biru berbahaya yang dihasilkan oleh proyektor ini, sehingga pengguna bisa menikmati tayangan lebih lama tanpa khawatir merusak mata..
Ada teknologi Low Blue Light atau cahaya biru rendah. Cahaya biru yang tinggi pada layar digital telah diketahui bisa menyebabkan mata Lelah dan pada efek selanjutnya bisa menyebabkan gangguan tidur. C2 Ultra diklaim HiSense punya tingkat cahaya biru lebih rendah dibandingkan TV LED/LCD, sehingga lebih nyaman untuk penggunaan jangka panjang.Teknologi lain yang kian membuat mata nyaman adalah Flicker Free (bebas kedip).
Ketika memainkan fitur kecerahan, kami ketahui C2 Ultra punya fitur setting kecerahan yang bisa disesuaikan dengan kondisi ruangan. Dengan setting yang tepat tentu saja ini ikut berperan dalam menghindari kelelahan mata khususnya akibat cahaya terlalu terang.
Kesimpulan
Kalau mau disimpulkan kesan kami, C2 Ultra ini menarik di suaranya yang dinamik dan jangkauan suara lebar seperti yang kami gambarkan tadi (untuk ukuran sebuah projector tentu). Dia juga menarik di tingkat brightnessnya, juga dalam hal fitur gaming dengan refresh rate tinggi (240 Hz) dalam resolusi 2K dan input lag rendah.
Hanya saja, contrast depthnya terbatas. Seperti kedalaman warna hitam kelam. Bagi sebuah projector, kami dapati fungsi control di tubuhnya(onboard control) terbatas jumlahnya. Maka anda tergantung sekali dengan remote control.
Menariknya, proyektor ini pas digunakan untuk banyak keperluan demi menghibur khususnya. Sekarang, berapa harganya?C2 Ultra dibundle dengan layar (fixed screen) pure white 150 inci Anylinx di harga 59.99 juta rupiah.
Info : 081234506085