Anda penyuka piringan hitam(PH)? Ayo ke mal Mangga Dua. Disana, ada satu tempat jajan PH menarik, dan wajib hukumnya untuk dikunjungi jika anda ingin menambah koleksi PH. Namanya Turn & Turn. Kenapa perlu kesini? Karena disini ada ratusan koleksi piringan hitam pilihan yang kualitasnya terjamin. Genrenya pun lengkap.
Disinilah kita bisa memuaskan mata sekaligus telinga (karena rekaman itu bisa kita coba). Anda akan bertemu dengan pak Een, yang tahu persis tentu aneka koleksinya ini. Seperti saat kunjungan Auvindo (25/01/24) lalu. Kami ajak pak Een ngobrol diseputar piringan hitam. Mulai dari koleksinya hingga bagaimana apresiasi pehobi audio belakangan ini akan PH dan apakah kira-kira sanggup mengalihkan keinginan untuk main format lain seperti file atau CD.
Dari obrolan, ada yang menarik, misalnya ketika dia melihat bagaimana ada pehobi yang sistemnya bisa milyaran rupiah, tetapi begitu bertemu dengan rekaman ph yang bagus, jadi kurang tertarik membeli karena dirasa harganya cukup tinggi walau hatinya tertarik akan album tertentu ini. Ini tentu patut disayangkan, karena ternyata tingginya kualitas perangkat yang dimiliki, tidak dibarengi dengan apresiasi yang juga tinggi dari penikmatnya. Dalam hal ini, bolehlah kita sedikit berkaca pada beberapa pehobi negeri kita lainnya, juga pehobi luar yang apresiatif terhadap rekaman rekaman berkualitas, tanpa terlalu memikirkan harganya atau tanpa memikirkan murah atau mahal sistemnya. Tetapi syukurlah ini baru sebagian, karena sebagian lain masih dapat menghargai rekaman yang baik. Een sampat mengisahkan tentang pehobi audio asal Singapore yang saat IHEAC AV Show 2023 di Jakarta, tanggal 9-12 Nopember 2023 lalu – yang membeli beberapa rekaman bermutu, juga pehobi yang penyuka music klasik dari Bandung yang memborong puluhan album.
Koleksi Turn & Turn adalah lintas genre, dari klasik, pop, reggae hingga rock. Yang terakhir ini terbilang paling laris belakangan ini. Beberapa rekaman berlabel terkenal seperti Three Blind Mice pun ada disini. Rekaman bagus tentu lebih dapat ‘menyehatkan’ telinga kita ya. ‘Kandungan nutrisinya’ bisa dikatakan kian menyehatkan. Bukankah kian senang karena puas akan kualitas rekaman, kian menyehatkan kita? Kalau hati sudah senang, uang tentu tak kan jadi masalah. Menurut Een, rekaman-rekaman bagus, dikatakannya ‘ya dia dia juga’. Maksudnya tentu, studio pembuatnya/label rekamannya ya dia lagi dia lagi.
Bagaimana kita dapat melihat sebuah rekaman ph yang bagus itu seperti apa? Kalau mau liat langsung secara fisik, ya kesini saja. Nah, secara isi, lihat saja beberapa hal. Salah satunya ada di sisi pressingnya (misalnya ph ini cetakan keberapa), juga dibuat dimana (ada 1st pressing Amerika, Belanda, Jepang dan lain lain). Lain negara dipercaya bisa lain kesan suaranya. Ini kami pernah coba dengar, ketika berkunjung ke ruang audio Hendra Yoga di Solo. Kami diputarkan tiga PH dengan judul sama, tetapi lain pressing. Ternyata yang first pressing(1 st pressing) lebih terasa analog dan kesan hawa rekamannya lebih hidup.
Akan forever-kah PH?
Akan matikah nantinya PH? Menurut Een, tidak. PH akan forever. Ya, setuju ! Kenapa? Menurut kami karena kesan analognya kuat sekali, dan masih banyak orang yang lebih cocok dengan kesan kesan ini ketimbang yang digital. PH punya sesuatu (entah itu Namanya roh, kenikmatan, kesan rasa atau apalah) yang sulit digantikan oleh format lain, secanggih apapun dia. Lihat saja, pernah coba digoyang CD yang menawarkan kemudahan dan resolusi suara. Dan sekarang sudah ada teknologi streaming yang sangat memudahkan, juga dengan resolusi file tinggi. Toh masih belum sanggup mengenyahkan PH. Peminatnya bahkan punya kecenderungan naik. Ya, dia punya roh yang berbeda dengan roh nya format digital.
Roh ini juga tentu yang dulu meracuni Een sehingga dahulu gandrung dengan PH. Ya, dia mengaku punya beberapa CD dengan pemutarnya di rumahnya, tetapi nyaris tak pernah dia sentuh. Menurutnya, kalau sudah kena racun PH, memang susah beralih.
Een ini dulunya suka berbelanja ph saat berwisata ke luar negeri. Ujung-ujungnya, koleksinya pun melimpah. Timbullah niatnya untuk berbisnis, dengan menjual koleksi koleksinya ini. Ini dimulai sekitar 7 tahun lalu. Eh, dari iseng, kini jadi serius. Dia membuka toko untuk menjual koleksinya ini.
Nah inilah menariknya juga, berbelanja di tempat dimana pemiliknya penyuka barang yang dia sukai. Tentu kita bisa ngobrol banyak dengannya.
Ayuk ke Mangga Dua mal,… ke lantai satunya dimana ada Turn and Turn di pojok salah satu sisi lantai ini.