Kemarin (13/12/23), kami menyimak bagaimana Kek Chung Sie mengatur-atur suara tata suara di studio 2, Flix Cinema Mall of Indonesia, Kelapa Gading Jakarta. Kek Chung adalah penata suara dari sinema Flix. Film-film yang diputar di cinema ini memang tata suaranya sudah mapan-mapan. Tetapi begitu ingin diputar di cinema ini, kadang Kek Chung ingin memberi semacam bumbu tambahan untuk film film ini. Di mata kami, bisa saja ini demi menyesuaikan suara dengan yang didengar, karena bisa saja karena pengaruh akustik ruang, suaranya bisa lain. Selain itu, bisa saja ini menyesuaikan selera sang desainer dimana dia yakin, bahwa telinganya bisa mewakili selera telinga rata rata penikmat film
Kala itu, filmnya yang suaranya ingin dia ‘colek dikit’ adalah Napoleon. Bukannya ini film sudah seminggu diputar pak? Rupanya pak KC cuma ‘kasih bumbu’ lagi dikit untuk dialog lebih jelas lagi. Dia pun hanya me-recall settingan sebelumya.
Jadi inget akan seorang audiophile yang masih saja doyan setting placement speakernya, padahal dia yakin, settingannya sudah maksimal. Tetapi, ya ini asyiknya, apalagi jika nemukan ternyata masih bisa diekspan performa suaranya. Dia bilang, kadang settingan baru dianggapnya lebih bagus.
Di Flix, seperti kata Kek Chung, yang penting vokal harus jelas.Suara juga tida harus kencang, yang penting telinga bisa dibuat nyaman, misalnya saat scene dimana bass perlu keluar kencang, ya keluarnya juga harus kencang. Pertanyaannya, sekencang apakah? Dan apakah ada batas-batasnya, tak bisa semau-maunya?
Menurut Kek Chung, dia sendiri untuk bass main di kisaran 85 dB, sedangkan untuk waktu peak-nya ada di kisaran 113 dB. Targetnya menurutnya memang ada di 115 dB, tetapi ini tidak bisa dia paksakan, dan yang penting adalah ada tekanan bass.
Pembatasan ini perlu, selain untuk menjaga suara agar masih bisa diikuti di aneka scene yang menuntut performa tampilan bass atau vokal yang terus seimbang. Selain itu demi mengantisipasi, mungkin saja karena keakustikan ruang yang kurang baik, baik di pemilihan bahan akustik juga pemasangan speaker yang kurang baik, bisa saja mengakibatkan gangguan, khususnya bila bass digeber. Misalkan saja, dinding ruang jadi bergetar, atau speaker (grillnya) jadi bergetar hebat.
Inilah menariknya sekaligus yang perlu diperhatikan dalam mensetting suara di kedua tempat ini. Jangan sampai karena kita membela satu hal, yang lain malah jadi timpang atau berlebhan. Lebih amannya (win win solution) adalah menerapkan pola imbang saja. Ini di stereo, tentu penting demi terciptanya tonal balance yang baik. Tak boleh salah satu instrumen terlalu dominan terus sehingga menutupi instrumen lain. Tak boleh bass terlalu kencang atau tebal sehingga membuat area frekuensi lain jadi samar samar atau bahkan tak terlihat. Ini juga yang jadi alasan dari Kek Chung, ketika di satu adegan dentuman meriam ala meriamnya ‘si jagur’, yang digunakan tentara Perancis dahulu, terasa kurang ‘nonjok’ hantamannya. Alasannya, jika dibuat setebal mungkin, nanti di adegan lain akan terasa aneh, misalnya bassnya yang terlalu tebal.
Ini mungkin adalah titik amannya setting.